Ahmad Hassan (1887-1958) atau yang akrab disapa A. Hassan atau Tuan A. Hassan merupakan salah seorang ulama reformis terkemuka di Indonesia. Kiprahnya sebagai guru agama Islam yang piawai menulis serta berpolemik dengan pelbagai pihak membuatnya cepat dikenal luas oleh khalayak.
Sebagai ulama yang mampu mengembangkan dialektika dalam beragama. A. Hassan ibarat sebuah magnet yang dapat menarik perhatian sejumlah kaum pelajar. Mengantarkan mereka untuk lebih jauh mengenal Islam. Di antara pelajar yang pernah menjadi kawan sekaligus muridnya ialah M. Natsir dan Bung Karno.
Sekilas tentang A. Hassan
Ulama bernama Ahmad Hassan ini dilahirkan di Singapura pada 1887. A. Hassan adalah putra dari pasangan Ahmad dan Muznah.
Ayahnya adalah seorang yang berasal dari India yang paham agama dan mahir menulis. Sementara, ibundanya ialah keturunan Madras (sebuah daerah di India) yang dilahirkan di Surabaya.
Syafiq A. Mughni dalam buku Hassan Bandung Pemikir Islam Radikal (1994) menerangkan bahwa A. Hassan mulai mempelajari Al-Qur'an dan agama pada usia 7 tahun. Selepas itu, ia dimasukkan ke sebuah sekolah Melayu. Di sana ia mempelajari dasar-dasar beberapa bahasa seperti Melayu, Arab, Tamil, dan Inggris.
Pada perkembangannya, A. Hassan tidak menamatkan sekolah dasar. Akan tetapi, ia tetap belajar agama kepada sejumlah guru seperti Haji Ahmad, Muhammad Thaib, dan Said Abdullah Al-Musawwi, Syaikh Hassan, Syaikh Ibrahim, dan Abdul Lathief.
Saat masa kanak-kanak A. Hassan tidak seperti kawan-kawan seusianya yang kemungkinan besar belum bisa diajak menekuni sebuah bidang pekerjaan. Masa kanak-kanak A. Hassan sudah mulai disisipi pekerjaan yang membutuhkan keseriusan dan pola pikir dewasa.
Pada awalnya A. Hassan membantu ayahnya dalam bidang percetakan. Tatkala mencapai usia remaja, ia mulai menggeluti bidang yang beragam seperti menjadi pelayan toko, tukang dagang, tukang ban mobil, dan juru tulis di sebuah instansi yang mengurusi perjalanan haji. Ketika beranjak dewasa, A. Hassan mulai memiliki pengalaman mengajar di sejumlah sekolah.
Menjadi Guru Utama PERSIS
Kendati A. Hassan sudah belajar agama cukup lama di Singapura. Namun, ia merasa belum memperoleh pemahaman yang sesuai dengan keyakinannya. A. Hassan meyakini bahwa segala sesuatu yang bertalian dengan praktik berislam harus dikembalikan pada rujukan otentik yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.