Tawuran merupakan kejahatan yang tidak patut ditiru untuk kalangan remaja jaman sekarang, maka kalangan remaja harus berhati hati dalam bergaul dengan semua orang dan jangan terlalu terpengaruh dengan omongan orang lain yang kita belum kenal maupun sudah kenal. Umumnya tawuran itu disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu fanatik atau terlalu mencintai apa yang kita banggakan dan adapula faktor lingkungan.
Pandangan umum terhadap penyebab perkelahian pelajar sering dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari sekolah kejuruan, berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah. Data di Jakarta tidak mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 di antaranya adalah sekolah menengah umum. Begitu juga dari tingkat ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang harmonis dan sering tidak berada di rumah.
Di Indonesia umumnya tawuran terjadi karena para suporter sepak bola tidak terima dengan kekalahan teamnya, maupun juga geng motor tidak mau kalah dengan saingannya(Rival) serta tawuran pelajar disebabkan mencoret coret sekolahan lain dan sekolah lain tidak terima maka terjadilah tawuran antar pelajar.
Tawuran Pertandingan babak final leg pertama Turnamen Sepak Bola Piala Polda Jateng di Stadion Jatidiri Semarang, Sabtu (4/7/2015) malam, antara tuan rumah PSIS melawan Persis Solo berlangsung ricuh. (TRIBUNNEWS.COM)
Polsek Bekasi Kota menggelar rilis terkait pengeroyokan yang mengakibatkan kematian pada Selasa (10/10). Kapolsek Bekasi Kota Kompol Suwolo Seto mengatakan, kejadian tersebut terjadi di Jalan Ini Gusti Ngurah Rai, Kranji, Bekasi Barat pada Ahad (8/10) lalu. (REPUBLIKA.CO.ID) http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/17/10/10/oxm44r383-tawuran-anggota-geng-motor-tewas-kehabisan-darah
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merasa prihatin atas tewasnya Muhammad Rafli Ismail (17), korban tawuran antar-pelajar yang terjadi di Cakung, Jakarta Timur, Senin (9/10/2017).
"Rekonsiliasi sekolah-sekolah yang terlibat tawuran penting dilakukan agar tidak ada pembalasan sekaligus upaya memutus mata rantai kekerasannya dan kami siap bersinergi dengan Disdik DKI Jakarta," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (11/10/2017). (KOMPAS.com)
Dampak perkelahian pelajar Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
Dari ulasan tersebut bahwafaktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.