Kebanyakan orang ketika sistem perlindungan dari tsunami kebanyakan berkata soal sistem early warning atau peringatan dini. Kali ini saya membagi ide soal sesuatu yang rada radikal.... bagaimana cara menghancurkan tsunami, sehingga daya rusaknya mengecil, syukur2 jika hilang.... --------------- Hari itu saya naik bus ke Surabaya. Seperti biasa, waktu diperjalanan saya pergunakan untuk berpikir.... lah daripada bengong, kan lebih baik merenung... sama-sama gak ngomong, tapi beda nilainya. Waktu itu berita soal gempa dan tsunami mentawai masih hangat-hangatnya. Hmmm... tiba-tiba saya pun ingat juga tentang materi terkait sinyal yang tengah dalam penelitian saya sekarang. Begini, jika Anda belajar soal pengolahan sinyal, tentu kita akan tahu bahwa sebuah sinyal bisa dimanipulasi. Manipulasi yang sederhana berupa penguatan atau pelemahan (macam amplifier sound system/TOA), berupa filtering (macam noise reduction), atau setidaknya secara umum, dengan dilakukan convolve terhadap sinyal lain. Intinya selama sinyal tersebut sinyal linear, maka sinyal tersebut insya Allah bisa dimanipulasi. +Lah terus apa hubungannya ma tsunami paklik? - bentar... Begini, sebagaimana yang kita tahu, ketika sebuah gempa (biasa) terjadi di suatu episentrum, maka getaran gempa tersebut akan merambat. Perambatan ini tentu saja dalam bentuk sebuah sinyal yang berjalan dalam medium tanah. Tak jauh berbeda dengan tsunami, dimana dalam tsunami terjadi gempa. Nah namun kali ini getaran sinyal tersbut tak hanya merambat melalui tanah saja, namun juga melalui medium air, inilah yang kita sebut sebagai tsunami. Dan ini yang biasanya lebih berbahaya dibandingkan gempanya. Nah karena tsunami bergerak dalam bentuk gelombang, maka terlintaslah dalam benak saya. Bahwa secara teoritis, (sekali lagi secara tatanan teori) gelombang tsunami memungkinkan untuk dimanipulasikan sebagaimana beberapa hal yang saya sebutkan diatas. Terlebih tsunami merambat dalam bentuk fluida, tak seperti tanah yang berupa padatan yang artinya secara teoritis lagi, ini akan lebih mudah. Manipulasi ini tentu saja bertujuan untuk mengurangi dampak bahayanya ketika sudah mencapai bibir pantai. Intinya tsunami dibuat sekecil mungkin dengan merusak bahkan menghancurkan tsunami itu sendiri. Dan tadaaaaa kita punyatsunami destroyer. + wah paklik, gak perlu manggil katara temennya si Aang Avatar neh? - panggil aja si Zuko buat manggang TV mu :D + wew.... Ok, jadi secara gelombang, theoretically possible. Iseng saya bertanya pada teman2 fisika saya, apakah hal ini mungkin. Dari ketiga orang yang saya tanya, semuanya menjawab Ya, itu mungkin. Bahkan seorang teman saya yang lumayan sufi alias sukafilm mengatakan bahwa hal semacam ini pernah ada dalam sebuah film science fiction soal tsunami. Wah, ide saya keduluan rupanya. Biarin, gak masalah, lah wong cuma di film aja kok. + Gitu thok paklik? tapi kan tsunami dia bawa energi yang besar juga paklk? - Yups betul, makanya ni belum selesai... Begini, masalahnya adalah,tsunami membawa energi yang cukup besar. Artinya untuk menghancurkan tsunami ini, kita butuh energi yang kurang lebih sama besarnya dengan energi yang dibawa si tsunami.Darimana ya kira-kira dapat energi ini? sekedar TNT (apalagi dinamit) rasa-rasanya tak cukup. Sempat terpikir pakai nuklir (wow), tapi ini energi mahal.... Tapi kemudian Allah memberikan ide bagi saya. Begini, disini yang bergerak adalah air, air adalah fluida yang mana sebagaimana fluida lain tentulah bisa diatur arah geraknya. Daripada susah-susah membuat energi baru, kenapa tak kita buat saja sejenis pembelok arah air tsunami sehingga tsunami tersebut melakukan self destruction. Bahasa bugisnya : buat tsunami bunuh diri dengan "tangan"nya sendiri. Soal ini teman saya si anak fisika murni bilang, "daaripada gitu, manfaatin aja sekalian energi tsunami ini". + Wah jadi PLTT dunk paklik - Apaan tuh PLTT? + Pembangkit Listrik Tenaga Tsunami... hehe... Namun meski begitu, saya berpandangan bahwa energi sebuah tsunami masih teramat besar. Sehingga dalam benak saya, tsunami destroyer ini tak hanya berupa sebuah single unit, melainkan beberapa unit yang terbentuk dalam layer-layer secara berlapis. Konsepnya semacam dam sabo untuk menahan banjir lahar dingin di gunung macam Merapi. Jadi begitulah bayangan saya terkait tsunami destroyer. Harapannya jika ini terwujud, maka ini bisa dipadukan dengan sistem tsunami early warning yang bersifat memberi peringatan. Well ini hanya sebuah ideGila saya, dan sekali lagi ini hanya dalam batas ide saja. belum ada implementasi maupun simulasinya. Bersyukur bahwa ideGila saya kali ini masih dalam kategori theoretically possible. Namanya juga orang berpikir dan berimajinasi masak gak boleh???? Apakah Anda punya pendekatan yang berbeda? Mari kita bahas bersama.... Ide Gila Jumat 26 Noveber 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H