Lihat ke Halaman Asli

Crayon untuk Pelangi Sabarmu

Diperbarui: 17 November 2015   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sabar itu, warnanya apa, Bunda?
Jika aku melukiskannya dengan crayon kuning, bolehkah?

Boleh, Sayang.
Sesukamu, lukis dengan sebanyak warna yang kau suka

Eh, Bunda ...
Boleh aku gambarkan sabar dengan pelangi seperti yang kita lihat tadi sore?

Ya, seperti pelangi, Ananda!
Kumpulkan segala warna indah yang kamu miliki,
Merah, hijau, jingga, semaumu!
Semakin kau sukai warna pelangimu,
kau akan semakin betah berlama-lama dengannya

Bunda, lengkungannya sepanjang apa?
Aku melukiskannya dari ujung kertas ke ujung yang lainnya

Sepanjang yang kau bisa, Manisku.
Pelangi itu indah, bukan? Maka panjangkan saja lengkungannya

Taraaaa, 'lukisan sabarku' sudah selesai, Bunda!
Aku pajang dimana ya? Di kamarku atau kamar Bunda?

Tidak, Anakku.
Simpanlah ia di hatimu.
Agar kau mudah menemukan pelangi, kapanpun.
Tidak perlu kau tunggu hujan
Tidak perlu juga kau tunggu badai
pelangi sabarmu tak jauh-jauh,
karena kau telah meletakkannya dalam hatimu.

####
Nati Sajidah
Jakarta, 27 April 2011

 

Puisi ini dijadikan puisi pembuka sekaligus judul buku perdana saya CRAYON UNTUK PELANGI SABARMU (Natisa: 2015, Quanta Elexmedia). Sebuah buku berisi kumpulan tulisan menguatkan kesabaran. 

Tulisan lainnya di www.pelangisabar.blogspot.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline