Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Geosfer (Bencana Angin Puting Beliung di Kabupaten Sumenep)

Diperbarui: 7 Juni 2022   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Fenomena geosfer adalah fenomena atau kejadian alam yang berhubungan dengan unsur-unsur geosfer, yaitu atmosfer, litosfer, biosfer, antroposfer, serta hidrosfer. Fenomena geosfer merupakan Fenomena yang dapat mempengaruhi keberlangsungan makhluk hidup di bumi, termasuk manusia. Salah satunya adalah bencana angin puting beliung. Disini penulis memilih kabupaten Sumenep sebagai salah satu dari banyaknya kejadian fenomena geosfer yang terjadi.

Menurut peraturan kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (Nomor. 009. Tahun 2010). Angin Puting beliung adalah Angin kencang yang berputar yang keluar dari awan cumulonimbus dengan kecepatan angin lebih dari 34,8 Knot atau 64,4 (km / jam) dan terjadi dalam waktu yang singkat.

Kabupaten Sumenep merupakan salah satu wilayah paling timur dari Pulau Madura. Seperti wilayah lain di Madura pada umumnya, sebagian besar daerahnya adalah wilayah kering dan pegunungan. Letak geografis Kabupaten Sumenep berada di antara 113 derajat 32'54" Bujur Timur hingga 116 derajat 16'48" Bujur`Timur dan 4 derajad 55' Lintang Selatan  hingga 7 derajad 24' Lintang Selatan. Geografis wilayah kabupaten Sumenep terbagi menjadi dua bagian, yaitu daratan dan kepulauan. Bagian daratan luasnya 1.146,93 kilometer persegi atau sekitar 54,79%. Sedangkan  bagian wilayah kepulauan luasnya 946,53 kilometer persegi atau sekitar 45,21%.

Angin Puting beliung menerjang dua desa di Kecamatan Kalianget, Sumenep, Madura. Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 13.00 WIB, Sabtu 03 April 2021. Angin puting beliung ini menerbangkan dan menggulung atap rumah, masjid dan bangunan dua desa serta menumbangkan pohon dan tiang listrik. Akibatnya puluhan bangunan rumah warga, masjid dan gudang penyimpanan garam porak-poranda. Selain itu 3 orang luka ringan dan sempat dirawat di Puskesmas Kalinget. Total ada 10 bangunan dan 8 rumah rusak di dua desa dampak cuaca ekstrem. BMKG Juanda Surabaya menyebut fenomena ini dengan sebutan waterspout. Dalam laman resmi BMKG Kelas I Juanda Surabaya dipaparkan, waterspout juga dikenal sebagai istilah belalang gajah. Yang berarti kolom pusaran air yang tertarik masuk ke dasar awan. Dijelaskan pula jika waterspout ini sama seperti puting beliung, tetapi terjadi di atas permukaan air. Namun, hanya jenis awan cumulonimbus yang bisa menyebabkan fenomena ini.

Kasi Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto mengimbau masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Karena di masa pancaroba, rawan tumbuhnya awan cumulonimbus. Awan cumulonimbus dominan tumbuh di wilayah pantai hingga dataran tinggi. Sedangkan kejadiannya bersifat lokal dan dalam waktu yang relatif singkat. Kendati demikian, Teguh menegaskan jika awan cumulonimbus tidak selalu menyebabkan puting beliung atau fenomena waterspout.

Bencana Puting beliung merupakan bencana yang relatif tinggi angka kejadiannya. Data BNPB menyebutkan bahwa bencana puting beliung memberikan sumbangan sebesar 21% dari semua bencana yang ada di Indonesia. Indonesia sendiri memiliki lembaga pemantauaan cuaca dan iklim yang bertugas melakukan pemantauan dan memberikan peringan dini tentang ancaman bencana meteorologis yang dipegang oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Perkembangan pembangunan pelayanan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika selama ini telah mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya informasi di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika (MKKuG).

Kurangnya pengetahuan masyarakat akan adanya data yang disediakan oleh BMKG membuat kesadaran akan bencana sangat rendah. Ketika fenomena alam terjadi di tempat mereka sendiri maka mereka menyadari bahwasanya informasi (BMKG) sangat penting agar nantinya bisa siap siaga ketika diprediksi akan terjadinya fenomena alam. Masyarakat semakin menuntut untuk memperoleh informasi MKKuG secara lebih cepat, akurat, inovatif dan dapat menjangkau ke semua lapisan masyarakat di seluruh pelosok tanah air.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007). Sesuai dengan peraturan kepala BNPB tentang Pengurangan risiko bencana merupakan bagian penting dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, sebagai upaya proaktif dalam mengelola bencana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline