Lihat ke Halaman Asli

Nathania Christie

Mahasiswa UPI

Pendampingan Keripik Mauwi oleh Mahasiswa KKN UPI 97: Perlukah Digitalisasi Praktik UMKM?

Diperbarui: 4 September 2022   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa KKN UPI 97/Dokumentasi pribadi

Kabupaten Bandung -  Senin 11 Juli 2022, KKN Tematik UPI kembali hadir untuk membantu memajukan Indonesia bersama 7.200 mahasiswa dan 241 dosen pembimbing lapangan.

"Ruang Lingkup KKN bertema Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDG'S Desa dan MBKM," terang Dadang Sunendar selaku ketua LPPM UPI pada seluruh mahasiswa KKN UPI di Zoom secara online, Selasa (5/7/2022).

KKN UPI tahun 2022 ini diputuskan untuk diadakan di desa atau kelurahan setempat tinggal dalam waktu 30 hari. Memiliki 18 pokok program yang berkaitan dengan kearifan lokal.

Kamis (13/7/2022), Kelompok 97 mengambil tema besar program "Desa Berjejaring" di Desa Mekarrahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Setelah berdiskusi lebih lanjut, kelompok kecil Margaasih 1 fokus bersasaran pada pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).

Program kerja yang dilakukan dimulai dari pendataan para pelaku UMKM di RW 01, 02, 04, dan 28 dengan bantuan kepala RW dan RT saat melakukan kunjungan pendataan. Selain pendataan, sosialisasi mengenai digitalisasi pun diterangkan kepada setiap pelaku UMKM.

Pendataan dan sosialisasi digitalisasi memakan waktu sekitar tanggal 21-28 Juli 2022. Sekitar 100 data lebih pelaku UMKM mayoritas melakukan usaha toko kelontong, dan lainnya berada di sektor meubel dan kuliner, seperti cilok, keripik kaca, gepuk, kue lapis, dan lain sebagainya.

Pedampingan Keripik Kaca dimulai dari wawancara kepada Bu Dewi mengenai permasalahan yang terdapat pada usaha keripik kaca. Selain wawancara, kelompok kecil Margaasih 1 terjun langsung untuk membantu proses pembuatan keripik kaca dimulai dari membuat dan mencetak adonan keripik kaca, pengeringan melalui oven dan penjemuran di bawah sinar matahari, proses memasak hingga pengemasan keripik kaca untuk dipasarkan, Sabtu (23/07/2022).

Proses kunjungan Home Industry & Wawancara bersama Bu Dewi/Dokumentasi pribadi

Permasalahan yang ditemukan ialah Bu Dewi ingin keripik kaca mampu dipasarkan kepada anak remaja namun kemasan untuk dijual masih terkesan standar dan belum menarik untuk anak remaja sekarang. Selanjutnya kurang baiknya kemasan untuk produk yang akan dipasarkan ke luar negeri, pemasaran produk keripik belum dilakukan secara online, dan pencatatan keuangan manual yang dikhawatirkan akan hilang, basah, ataupun rusak.

Diskusi mengenai teknis lapangan pedampingan brand Keripik Kaca Mauwi menghasilkan 5 divisi untuk membantu mengembangkan usaha keripik kaca Bu Dewi semakin maju secara digitalisasi, yaitu divisi stiker, kemasan, packaging produk, media social, dan laporan pencatatan keuangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline