Lihat ke Halaman Asli

Nathan Bulang

Perang Kefanaan

Aksi Warung Pojok

Diperbarui: 24 Februari 2018   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Gerimis manis mengurai indah di sela giat kami selaku aktivis, turut menyisakan tinta warna untuk aktivitas hari ini. Aku sebut saja sebagai gerimis yang manis supaya nampak indah, padahalnya itu hujan angin yang berisik yang cukup mengganggu nuansa perjuangan kami hari ini.

Sudahlah, lupakan saja itu karena dingin yang telah bercinta dengan hujan tadi itu sudah menyulut hangatnya segelas kopi di pojok itu. Bukan pencitraan, ini benar-benar kopi yang menghangati dingin sang hujan dan mengobati kepenatan kami lepas kegiatan hari ini.

Dawai idealisme menjadi sajian dan santapan kami kaum aktivis. Dalam kemudaan kami, tak punya apa-apa yang kami banggakan, semuanya masih harta orang tua. Idealisme adalah satu-satunya harta kekayaan yang kami punya. Harta yang tentunya kami terus jaga dan perjuangkan, harta kami aktivis.

Uang dan fasilitas mewah tidak kami miliki dan memang itu tidak akan menyurutkan semangat idealisme kami sedikitpun. Hanya bermodalkan panasnya obor semangat perjuangan di tangan kanan, kami tetap berjuang memperjuangkan yang patut di perjuangkan. Karena kamilah agen of change.

Hujan mulai reda di luar warung pojok itu, tapi tidak niat kami. Malah materi diskusi semakin panas dan sudah membulatkan tekad kami.

"Aduh, mama sms saya, katanya sudah jam 1 pulang sudah, besok kuliah pagi" kata teman di pojok warung pojok itu.

"Ah Bung, ini baru jam 1 dan pembahasan kita belum kelar. Dan isu ini dampaknya berkepanjangan dan korbannya kita semua warga NKRI. Pokok kita harus bertahan sebentar. Kata seorang yang di tengah itu, ya dialah koordinator kami.

"Okelah." Jawab sang teman itu singkat.

" harus begitu bung, saya juga baru saja pacar sms minta putus katanya tidak waktu buat saya. Ya mau bagaimana lagi, lebih baik kita korbankan diri kita demi orang banyak" timpal kawan si keriting itu yang berada di sebelahnya.

Satu jam berlalu, hujan di luar sudah berhenti. Waktu menunjukkan pukul 02.00 AM.

"Oke, semuanya sudah pas, mulai dari persiapan kita dan pelaksanaan teknis dilapangan. Tinggal kita persiapkan perlengkapan kita untuk besok." Kata sang ketua dengan wibawanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline