Lihat ke Halaman Asli

Politik Tidak Cocok di Dunia Professoriat

Diperbarui: 17 Agustus 2024   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasus ini membahas bahwa orang yang berhubungna dengan politik tidak boleh dijadikan profesor karena kemungkinan bisa menggunakan sarjananya untuk kepentingna politik dan bukan kepentingan pendidikan/ilmuan. Menurut saya kasus ini bisa lumayan di justifikasi karena sifat nya politik yang dapat mengubah cara pikir seorang yang bekerja di bidang ilmuan untuk mengejar kepentingan yang hanya berhububgan dengan politik dan membaikan keadaan pekerjaannya.

Cara kerja pendidikan ini juga memiliki kemungkinan untuk mencegah orang yang ingin menjadi profesor hanya untuk menambah kredibilitasnya secara sarjana untuk memasuki kurikulum agar profesor yang ada tidak penuh dengan yang hanya mementingkan modusnya sendiri dan bukan untuk kepentingan manusia secara keselurhan

Menurut artikel Politisi Jadi Profesor, Tak Layak?"Teruji di dunia nyata. Bukan teruji di dunia diskursus dalam perdebatan di jurnal-jurnal ilmiah yang diatur untuk kepentingan bisnis industri dunia akademik belaka. Seringkali terputus relevansinya dengan kehidupan harian jutaan rakyat umum."

"Dasco, SBY, Megawati dan seterusnya dalam daftar politisi Indonesia yang sudah memperoleh gelar profesor layak diragukan kepakaran mereka, jika kepakaran itu dinilai dan diukur dengan cara yang salah. Bila kepakaran menuntut kemampuan menulis sendiri artikel-artikel berbobot menggunakan kaidah-kaidah ilmiah berstandar jurnal-jurnal internasional bereputasi. Tentu ini tidak logis sama sekali. Ilmu politik sebagai bagian dari praksiologi mestinya menolak premis-premis semacam itu. Para politisi itu bertahun-tahun bergelut dan memproduksi kebijakan publik yang berdampak langsung pada kehidupan rakyat umum. Mereka teruji mengatur keamanan publik, penyelesaian konflik-konflik kepentingan, distribusi kesejahteraan umum, dan perkara-perkara lainnya dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara."

Masalah ini andaikan seperti seekor singa yang mendapatkan tempatnya sebagai pemimpin grupnya dengan menjatuhkan pemimpin grupnya yang sudah tua dengan cara mengepungnya dengan grupnya sendiri. Saat singa muda tersebut perlu memimpin grupnya yang baru ia dapatkan, ia tidak dapat benar-benar memimpinnya karena ia mendapatkan tempatnya bukan karena kemampuan murninya dan kebijaksanaan, tetapi karena dengan cara mengerumun pemimpin yang lama. Ini bisa dianalogi seorang profesor yang mendapatkan namanya dengan cara korup dan untuk kepentingan politik. Saat namanya sebagai seorang profesor perlu di buktikan, ia tidak akan bisa sepenuhnya membuktikannya tanpa berbohong karena ia mendapatkan sarjananya dengan cara yang kotor.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline