Pemerintah DKI Jakarta telah lama mengupayakan pengurangan penggunaan kendaraan pribadi yang menjadi salah satu penyebab utama peningkatan polusi udara DKI Jakarta. Dilansir dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup) DKI Jakarta,tingkat kualitas udara jakarta berdasarkan ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) adalah 105 PM 2,5 (Data 17 Mei 2024) yang masuk dalam tingkat kualitas udara tidak sehat. Maka, salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi adalah melalui penggunaan transportasi umum.
Transportasi umum Jakarta sudah memiliki berbagai jenis kendaraan umum dengan berbagai jarak tempuhnya seperti JakLingko, TransJakarta, KRL (Kereta Rel Listrik), hingga yang terbaru adalah LRT (Light Rail Transit) JaBoDeBek (Jakarta Bogor Depok Bekasi) yang sudah beroperasi sejak 28 Agustus 2024. Meskipun sudah beroperasi selama -+8 Bulan, Apakah LRT Jabodebek ini perlu digunakan oleh warga DKI Jakarta bahkan beralih ke LRT Jabodebek ini?
Dalam artikel ini, akan dibahas Alasan mengapa LRT Jabodebek yang telah beroperasi semenjak 28 Agustus 2023, perlu dimanfaatkan dan digunakan warga DKI Jakarta secara lebih optimal beserta segala aspek yang membuat LRT Jabodebek menjadi salah satu transportasi publik terbaik yang ada di Jabodebek. Melalui artikel ini, diharapkan pembaca bisa menambah wawasan mengenai LRT Jabodebek, dan diharapkan melalui artikel ini, pembaca semakin tergerak untuk menggunakan transportasi umum sebagai upaya mengurangi emisi kendaraan dan transportasi yang efisien dan hemat.
1. Rute yang Bervariasi
Pada dasarnya, LRT Jabodebek memiliki stasiun dasar (Stasiun yang selalu di lewati) yakni Stasiun Dukuh Atas (Tujuan akhir/awal), Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Ciliwung, Cikoko, dan Cawang. Namun, LRT Jabodebek memiliki 2 pilihan rute yang dapat dimanfaatkan pengguna LRT yang dapat di akses sejak stasiun Dukuh Atas hingga stasiun Cawang sebagai Transit Station, yakni Cibubur Line yang menjangkau Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Kampung Rambutan,Ciracas, dan Cibubur (Harjamukti). Rute kedua adalah rute Bekasi Line, dimana Bekasi line ini terdiri atas stasiun Halim, Jati Bening Baru, Cikunir 1 & 2, Bekasi Barat, dan stasiun Jati Mulya
Rute yang dimiliki LRT Jabodebek ini unik dari rute MRT, LRT, dan KRL lainnya, karena LRT Jabodebek ini menjangkau area yang sebelumnya hanya bisa diakses melalui kendaraan pribadi, taksi, transjakarta saja, salah satu contohnya adalah stasiun Ciracas yang terletak di Jakarta Timur, dimana stasiun Ciracas tidak terdapat moda transportasi umum kecuali angkot. Meskipun di area Bekasi juga terdapat KRL, namun jarak antara KRL Bekasi dengan LRT Bekasi berbeda cukup jauh dengan perbedaan jarak 4 Kilometer.
Rute yang unik dan bervariasi ini, menguntungkan pengguna LRT sebab dengan adanya LRT Jabodebek, banyak area yang sebelumnya jarang di temukan adanya transportasi umum yang khusus ke daerah tersebut dan hanya dapat terjangkau dengan kendaraan pribadi. Tidak hanya menjangkau area lebih banyak, rute yang bervariasi juga bisa membantu menghindari kemacetan. Sebagai contoh, ketika jam pulang kerja, tol Jagorawi akan menjadi macet karena intensitas pekerja yang akan pulang ke Cibubur, sehingga bisa menyebabkan macet selama 30 Menit - 1 Jam sebelum sampai tujuan. Namun dengan adanya LRT Jabodebek ini, sebagian dari pengguna tol bisa beralih LRT Jabodebek untuk menghindari kemacetan.
2. Integrasi dengan Transportasi Publik Lainnya.
Jika seseorang yang tinggal di cibubur baru saja pulang dari Pasar Minggu, apakah orang tersebut harus naik taksi online untuk pulang? Jawabannya adalah tidak. Alasan dari kasus tersbut adalah karena rute LRT yang bervariasi tadi, dirancang tidak hanya untuk menjangkau area yang lebih banyak, namun juga dibuat agar LRT Jabodebek terintegrasi dengan transportasi publik lainnya, seperti KRL dan Transjakarta.Stasiun-stasiun yangterintegrasi tersebut adalah stasiun LRT Dukuh Atas yang terintegrasi dengan stasiun KRL Sudirman dan MRT Dukuh Atas BNI, stasiun Cikoko dengan stasiun KRL Cawang, halte Transjakarta Cikoko St.Cawang, StasiunLRT Kampung Rambutan terintegrasi dengan Terminal Kampung Rambutan, stasiun LRT Halim terintegrasi dengan stasiun KCIC (Kereta Cepat Indonesia Cina) Halim, dan stasiun lainnya yang terhubung dengan halte bus kecil hingga halte Transjakarta utama, baik yang sudah terhubung ataupun belum.