Lihat ke Halaman Asli

Nathanael Nathan

Kolese Kanisius

Kontroversi dan Kritikan di Balik Langkah Nadiem Makarim Soal Pramuka Bukan Lagi Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah

Diperbarui: 28 April 2024   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim | Sumber Gambar: manggisnews.com

Praja Muda Karana atau disingkat dengan Pramuka adalah salah satu bentuk pendidikan karakter berbasis gerakan kepanduan yang aktif di Indonesia. Pramuka juga kerap diketahui sebagai salah satu ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh sekolah. 

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendidik anak-anak muda bangsa, agar menjadi pribadi yang beriman, disiplin, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. 

Aktivitas-aktivitas yang biasa diselenggarakan di dalam Pramuka meliputi berkemah, pelatihan kepemimpinan, belajar tali-temali, baris-berbaris, memecahkan sandi morse, dan berbagai aktivitas lainnya. 

Pramuka juga memiliki manfaat berlimpah bagi generasi muda Indonesia, seperti mengajarkan keterampilan dasar bertahan hidup, menanamkan nilai-nilai kehidupan, membentuk kepribadian yang mandiri dan dewasa, serta mengasah kecakapan berpikir. 

Akan tetapi, kebijakan kontroversial Nadiem Makarim (Mendikbud Ristek) yang menghapus status wajib ekstrakurikuler bagi Pramuka telah mengguncang dunia Pramuka Indonesia, memicu gelombang reaksi dari berbagai pihak di dalam dan luar komunitas pramuka. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 12 Tahun 2024 bahwa ekstrakurikuler Pramuka bersifat opsional dan tidak lagi wajib untuk diikuti oleh peserta didik.

Langkah ini tidak hanya menjadi topik hangat dalam diskusi pendidikan nasional, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang peran-peran dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Pramuka dalam pembentukan karakter generasi muda Indonesia. Namun, perlu ditegaskan bahwa ekstrakurikuler Pramuka masih wajib disediakan oleh sekolah dan tidak ada penghapusan Pramuka dari Kurikulum Merdeka.

Kebijakan tersebut menyebabkan perbedaan pendapat di antara warganet, dengan beberapa mengungkapkan dukungan atas tindakan yang telah dilakukan Nadiem Makarim, sementara yang lain mengekspresikan kesedihan dan menyoroti kekhawatiran akan potensi penurunan partisipasi serta nilai-nilai yang diajarkan oleh Pramuka. 

Sekarang murid-murid sekolah diberi kebebasan untuk memilih ataupun tidak memilih ekstrakurikuler Pramuka sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing. 

Hal ini memang sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang telah dicetuskan oleh Nadiem Makarim, di mana para peserta didik dapat belajar dan memilih kegiatan yang sungguh sesuai dengan kemampuan serta minat mereka, sehingga mereka dapat lebih memahami dan menikmati pelajaran yang diberikan. 

Tentunya, tidak sedikit juga yang mengkritik dan menyoroti kebijakan tersebut karena dianggap "merusak" sarana pembentukan karakter peserta didik. Bahkan, ada beberapa pihak yang meminta Nadiem Makarim untuk merevisi kembali Permendikbudristek No 12 Tahun 2024 dan mengembalikan Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib.

Adakah masalah baru yang muncul setelah ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline