Lihat ke Halaman Asli

Nathanael Mellionardo

Seorang mahasiswa menuju tingkat akhir

Netizen Indonesia dan Kedewasaan Bersikap

Diperbarui: 6 Juli 2021   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Berdasarkan survey yang dilakukan oleh perusahaan Microsoft, Digital Civility Index/DCI survey pada bulan April hingga Mei 2020 mengenai sifat dari netizen di 32 negara, Indonesia berada diperingkat 29. Hal ini berart Indonesia adalah negara dengan netizen atau pengguna internet paling mengerikan di Asia Tenggara. Tentu ini bukanlah angka yang mengesankan dan cenderung menjadi perenungan bagi seluruh pengguna internet di Indonesia. Mengapa ? Karena angka dari survey dengan 16000 responden ini sangat kontras sekali dengan tanggapan masyarakat luar bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang ramah.

            Kasus yang masih cukup hangat untuk dijadikan contoh adalah mengenai kasus penghinaan online yang dilakukan netizen Indonesia kepada pasangan sejenis dari Thailand. Kasus ini ramai di dunia internet, khususnya sosial media Twitter.

            Hal tersebut mendorong pemerintah Thailand sempat ingin memblokir wisatawan dari Indonesia untuk berkunjung ke Thailand, bahkan beberapa pelajar dan pekerja asal Indonesia di Thailand dikeluarkan dan dipecat. Sebenarnya apapun yang terjadi dengan warga Thailand tidaklah ada hubungannya dengan kita masyarakat Indonesia. Melihat bagaimana reaksi pemerintah Thailand, hal itu wajar mengingat bagaimana pengguna internet Indonesia bersikap di dunia maya begitu keras dan kejam. Bahkan hingga berani mengancam untuk membunuh.

            Melihat bagaimana fenomena sosial ini melibatkan masyarakat (netizen Indonesia), budaya (etika dan moral yang masyarakat Indonesia pegang), dan media (media sosial), saya menjadi teringat dengan sebuah teori dalam ilmu komunikasi, yaitu teori dialektika relasional. Apakah teori itu ? Secara sederhana, teori dialektika relasional adalah teori yang membahas mengenai hubungan komunikasi antar individua tau kelompok yang terus bergerak dinamis dan cenderung kontras.

“Teori dialektika relasional adalah teori yang menggambarkan suatu hubungan yang terjadi dalam kehidupan manusia sebagai proses yang konstan dan bergerak. Dalam berhubungan, cenderung saling menentang satu sama lain karena memaksakan suatu keinginan atau kehendak masing-masing” (Baxter & Rawlins:1988)

            Apa hubungan dari teori tersebut dengan fenomena di atas ? Teori dialektika relasional yang membahas mengenai hubungan yang kontras juga memiliki suatu cara yang dapat digunakan atau dijadikan suatu acuan bagi pembaca untuk bisa menghindari konflik. Dalam teori dialektika relasional, ada beberapa cara yang cukup relevan digunakan untuk menghindari konflik yang tidak diperlukan, yaitu :

1.Seleksi (Selection)

yaitu memilih satu kutub dan bertindak seakan yang lainnya tidak ada. Dalam hal ini maksudnya ialah kita tiadakan suatu fenomena untuk dibahas jika fenomena yang akan dibahas memiliki potensi menimbulkan konflik yang baru.

2.Pendiskualifikasi (Disqualification)

yaitu menghapus konteks yang akan membuat ketegangan. Dalam hal ini maksudnya ialah jika komentar terkait suatu fenomena sudah semakin ramai dan panas, kita tinggalkan perhatian kita dari fenomena tersebut untuk tidak memperparah situasi.

            Teori ini menjelaskan bahwa komunikasi yang baik adalah suatu cara yang efektif untuk meredakan konflik tersebut. Berdasarkan cara tersebut tentu sulit dilakukan karena konflik yang melibatkan netizen Indonesia dan pasangan kekasih gay Thailand berbeda negara. Namun teori ini juga memiliki cara lain untuk meredakan konflik tadi, yaitu dengan menghindari konflik tersebut bahkan sebelum konflik tersebut terjadi (selection).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline