Tak terasa kita sudah berada di ujung tahun 2024 dan sebentar lagi kita akan menyambut tahun baru 2025. Suasana gembira kembali menyelimuti dunia beserta umat-Nya. Banyak harapan dan doa yang dihaturkan untuk tahun berikutnya. Seperti tahun-tahun lalu, kita sebagai umat Kristiani juga akan menyambut kedatangan Sang Penebus dan Penyelamat Dunia, yaitu Yesus Kristus. Pada hari raya Natal di tahun 2024 ini, PGI bersama dengan KWI menggunakan tema "Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem" (bdk. Luk 2:15). Tema ini sangat pas dengan apa yang akan kita rayakan sebentar lagi. Namun, apa makna sebenarnya dibalik tema "Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem" ini?
Betlehem, seperti yang telah kita ketahui adalah tempat kelahiran Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus yang kelak akan meninggal di kayu salib dan bangkit dari antara orang mati setelah tiga hari di dalam kubur. Di Betlehem pulalah ada perjuangan seorang Bunda Perawan yang mengorbankan diri untuk melahirkan Yesus, Putra Allah. Bersama dengan suaminya, mereka berdua menempuh perjalanan jauh dari kota Nazaret untuk mencari tempat yang aman agar Sang Putra dapat dengan aman lahir ke dunia. Perjalanan yang panjang inilah wujud dari kerendahan hati Bunda Maria dan Santo Yusuf yang dengan taat menjalani dan mentaati perintah-Nya untuk melahirkan Yesus Kristus.
Selain itu, Betlehem dapat diartikan sebagai suatu tujuan hidup Kristiani untuk menghadirkan Yesus Kristus dalam kehidupan kita. Dengan kata lain, tujuan kita hidup sebagai seorang yang percaya pada Kristus adalah dengan menghadirkan Yesus Kristus itu sendiri ke dalam kehidupan kita. Salah satu cara menghadirkan Kristus dalam hidup kita adalah dengan menunjukkan kerendahan hati terhadap Tuhan dan sesama. Kerendahan hati juga mampu meningkatkan kualitas diri kita masing-masing. Untuk itu, kita harus mulai menegakan kerendahan hati.
Ada berbagai cara untuk mewujudkan kerendahan hati. Namun sebelum memulainya, alangkah baiknya kita menyiapkan kerohanian, mentalitas dan fisik yang kuat, dan persiapkan diri untuk berefleksi agar kita mendapatkan makna dalam menghidupi Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Bila sudah siap, maka kita akan mulai mengubah sikap dari hal yang paling kecil.
Hal paling kecil yang perlu kita laksanakan adalah menerapkan "Tiga Kata Ajaib", yaitu kata 'maaf, 'terima kasih', dan 'tolong'. Kita sering melupakan ketiga kata tersebut, maka dari itu kita harus terus mengingat dan menerapkan tiga kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita terus-menerus menerapkannya, maka kita akan terbiasa dan menjadikan "Tiga Kata Ajaib" ini sebagai kebiasaan sehari-hari. Hal kecil ini dapat membantu menumbuhkan iman kita karena secara perlahan, kita akan menyadari kehadiran Tuhan dalam segala tindakan dan peristiwa yang terjadi dalam keseharian kita. Bila hal ini sudah menjadi kebiasaan, kita akan melanjutkan ke 'level' yang lebih sulit.
Bagian ini masih berhubungan dengan perkataan. Mungkin kita sering mengucapkan kata-kata kotor yang tak sepantasnya diucapkan. Mengucapkan kata-kata kotor merupakan salah satu wujud pada diri kita bahwa kita belum bisa menerima segala hal baik yang telah Tuhan berikan kepada kita. Kita belajar untuk lebih rendah hati terhadap kehendak-Nya walau memang terasa berat, tapi dengan menguranginya kita mampu mencapai kerendahan hati yang benar secara perlahan-lahan.
Level selanjutnya adalah mengelola emosi dengan benar. Bagian ini mungkin akan terasa lebih sulit dari yang sebelumnya. Terkadang kita sebagai manusia ciptaan Allah masih kesulitan untuk mengelola emosi, mungkin kita akan marah sejadi-jadinya, sedih sampai berlarut-larut, bahagia dengan cara yang salah, dan masih banyak lagi. Mengelola emosi memang sulit, tapi cobalah melampiaskan itu dengan melakukan sesuatu yang disenangi dan positif. Ada banyak contohnya, dari saya pribadi, saya biasa melampiaskan rasa marah dengan bermain gitar atau menulis sesuatu di buku catatan pribadi. Saya melampiaskan kesedihan saya dengan mendengarkan musik lalu belajar lebih dalam tentang musik yang saya dengarkan. Saya melampiaskan emosi kebahagiaan dengan berbagi apapun yang saya punya, tetapi biasanya saya membagikan makanan berupa snack kecil-kecilan. Ini adalah contoh yang saya punya. Anda pasti mempunyai cara positif tersendiri untuk melampiaskan emosi-emosi Anda, jadi coba carilah pengelolaan emosi itu.
Bagian ini membahas mengenai menerima kritik maupun saran dari orang-orang di sekitar kita dengan lapang dada. Masih banyak orang yang sulit menerima kritik dan saran karena mereka belum bisa mengelola emosi dengan baik. Jadi, bila kita mampu mengelola emosi dengan baik, maka sudah pasti kita dapat menerima berbagai kritik dan saran. Wujud kerendahan hati akan dengan cepat bertumbuh di sini karena kita akan lebih menghargai dan menghormati pendapat orang lain, sama seperti Tuhan Yesus yang menghargai dan menghormati orang lain dengan pelayanan-Nya yang penuh kasih.
Level terakhir mungkin terlihat sulit, tapi sebetulnya mudah bila kita menekuninya, yaitu rajin beribadah & berdevosi kepada Tuhan dan semua orang suci, mengikuti Ekaristi dengan penuh penghayatan, dan yang pasti membaca Kitab Suci lalu mewujudnyatakan tindakan iman, harapan, dan kasih yang senantiasa diajarkan Tuhan Yesus kepada kita. Di titik ini, kita tidak hanya menemukan kerendahan hati sesungguhnya bagi umat Kristiani, tapi juga kedamaian, kebahagiaan, hidup kekal, dan masih banyak lagi. Namun kembali lagi ke diri kita, apakah kita mampu menekuninya dan mewujudnyatakan segala kebaikan serta tindakan iman, harapan, dan kasih yang telah diajarkan Tuhan Yesus sendiri? Kerendahan hati yang sesungguhnya akan kita temukan di dalam setiap peristiwa yang telah Tuhan rencanakan bagi kita dan dalam setiap kerohanian yang senantiasa kita bawa & hidupi dalam hati kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H