Lihat ke Halaman Asli

Nathanael Andrew Lemuel

Siswa Kolese Kanisius Jakarta

Transformasi Taktis dan Kunci Keberhasilan Bayer Leverkusen

Diperbarui: 27 April 2024   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : Instagram @tcourtois1._

Sebelum masa kejayaannya sekarang, Bayer Leverkusen pernah mengalami periode sulit yang mengarah pada degradasi mereka dari Bundesliga. Meskipun merupakan klub yang telah menikmati sejumlah kesuksesan dalam sejarahnya, termasuk menjadi runner-up Liga Champions UEFA pada tahun 2002, tetapi tidak semua musim berjalan mulus bagi mereka.

Ada beberapa faktor yang mungkin telah berkontribusi pada penurunan performa Leverkusen yang mengarah pada degradasi. Salah satunya mungkin adalah pergantian pelatih yang tidak stabil atau kurangnya konsistensi dalam manajemen klub. Selain itu, cedera pemain kunci atau kepergian pemain berpengaruh besar juga dapat menjadi faktor yang berdampak negatif pada performa tim.

Taktik yang kurang efektif atau kegagalan dalam merespons perubahan dalam taktik lawan juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan penurunan performa. Terkadang, situasi di luar kendali klub seperti masalah keuangan atau ketidakstabilan di level manajerial juga dapat berkontribusi pada penurunan performa tim. Pemain pemain dalam skuad yang seringkali kurang mendukung atau tidak sesuai dengan pelatih juga dapat menghambat jalannya pertandingan. Pemain pemain yang tidak sesuai menyebabkan strategi yang direncanakan pelatih menjadi sia-sia. Untuk itu solusi yang dapat diambil adalah juga dengan melakukan transfer pemain untuk mendapatkan pemain pemain yang bisa cocok dengan strategi yang direncanakan oleh pelatih.

Meskipun pengalaman degradasi adalah masa-masa sulit bagi klub dan para pendukungnya, seringkali itu juga menjadi momen refleksi dan pembelajaran yang penting. Klub dapat menggunakan pengalaman tersebut untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap berbagai aspek klub, memperbaiki kelemahan, dan kembali membangun tim dengan fondasi yang lebih kuat untuk masa depan yang lebih cerah. Salah satu langkah dan solusi efektif yang diambil oleh manajemen adalah dengan merekrut Xabi Alonso sebagai pelatih.

Xabi Alonso, adalah salah satu tokoh yang patut diperhitungkan dalam dunia sepak bola. Namanya tidak hanya dikenal sebagai pemain yang brilian di lapangan, tetapi juga sebagai pelatih yang menjanjikan dengan gagasan taktik yang inovatif. Namun, sebelum membahas taktik terbarunya bersama Bayer Leverkusen, mari kita kembali sejenak ke awal karirnya dan rekor-rekor yang telah ia pecahkan.

Xabi Alonso, yang berasal dari Basque Country, memulai karir profesionalnya di klub Real Sociedad pada tahun 1999. Namun, namanya benar-benar melambung saat ia pindah ke Liverpool FC pada tahun 2004. Di Anfield, ia menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia, memenangkan Liga Champions UEFA pada tahun 2005 bersama The Reds. Alonso kemudian melanjutkan karirnya di Real Madrid dan Bayern Munich, memenangkan berbagai gelar domestik dan internasional.Tidak hanya sukses di level klub, Xabi Alonso juga merupakan pilar timnas Spanyol yang mendominasi sepak bola dunia pada awal 2010-an. Bersama La Furia Roja, ia memenangkan Piala Dunia FIFA 2010 dan dua gelar Kejuaraan Eropa pada 2008 dan 2012.

Setelah pensiun sebagai pemain pada tahun 2017, Xabi Alonso tidak berhenti di situ. Ia memutuskan untuk mengejar karir kepelatihan dan menunjukkan bakatnya di belakang garis. Pada tahun 2023, Alonso mengambil alih sebagai manajer Bayer Leverkusen di Bundesliga Jerman. Di bawah kepemimpinan Alonso, Leverkusen mengalami transformasi yang mengejutkan. Dari awalnya berjuang di zona degradasi, mereka bangkit dan menjadi salah satu kekuatan terkuat di Bundesliga. Hingga saat ini Xabi Alonso telah membawa timnya melakoni 45 laga tanpa kekalahan. Salah satu kuncinya adalah strategi taktis yang digunakan oleh Alonso.Di balik kesuksesan ini terdapat taktik cemerlang dari Xabi Alonso yang patut untuk dianalisis lebih dalam.

sumber : Twitter @FabrizioRomano

1. Pengenalan Formasi 3-4-3 Dengan Fondasi Pertahanan yang Kokoh

Salah satu keputusan paling berani yang diambil oleh Alonso adalah pengenalan formasi 3-4-3. Dengan tiga bek tengah, dua gelandang tengah, dan dua gelandang sayap, formasi ini memberikan keseimbangan yang lebih baik antara pertahanan dan serangan. Trio bek tengah, yang terdiri dari Jonathan Tah, Edmond Tapsoba, dan Sven Bender, bekerja sama dengan sangat baik untuk menutup ruang di belakang dan memberikan perlindungan yang solid bagi kiper.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline