Lihat ke Halaman Asli

Nataya Khuria

Mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (Universitas Airlangga)

Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Urban di Perkotaan

Diperbarui: 11 Mei 2021   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di zaman yang sudah berkembang ini kehidupan di perkotaan sangat lah maju. Infrastuktur dan berbagai fasilitas di kota semakin hari semakin menunjukkan eksistensinya. Kemajuan dan kegemilangan di perkotaan tidak terlepas dari masyarakat urban yang berkontribusi di dalamnya. Masyarakat urban adalah masyarakat pendatang yang melakukan perpindahan dari desa ke kota. Tujuan mereka berurbanisasi salah satunya yaitu untuk mencari pekerjaan. Mereka menganggap bahwa hidup di kota lebih baik daripada di desa, karena di kota banyak sekali lapangan kerja dan fasilitas yang mumpuni sehingga mereka mendapat penghidupan yang layak.

Proses urbanisasi semakin tumbuh dan berkembang. Berkembangnya fenonema "urbanisme" dikarenakan masyarakat urban lambat laun mampu  beradaptasi dengan perubahan budaya kota yang terus maju. Namun sebagian masyarakat urban ini juga ada yang mengalami  "marjinalisasi", terutama faktor penyebabnya adalah  tidak mampu  mengikuti perubahan pesat di bidang sosial-budaya dan ekonomi di kawasan perkotaan.

Proses transformasi dalam masyarakat urban, di dalamnya berupa perubahan  nilai-nilai tradisi,  pola perilaku (behabior) dan  kebiasaan-kebiasaan hidup (habits) yang terjadi. Dalam proses transformasi tersebut banyak dari mereka yang mengalami  kendala dan hambatan. Kendala masyarakat urban dalam berdaptasi dengan nilai-nilai kehidupan yang lebih maju terutama menghadapi masyarakat kota yang lebih modern, salah satunya yaitu rendahnya pendidikan dan rendahnya kemampuan sosial-ekonomi. Faktor-faktor eksternal  berupa bentuk intervensi pihak luar  (seperti: pemerintah kota, LSM, tokoh-tokoh  masyarakat) berupa kegiatan-kegiatan sosialisasi dan pelatihan dinilai masih terbilang jarang / rendah, sehingga adaptasi sosial-budaya masyarakat urban terkadang berlangsung lambat.

Adanya masyarakat urban di perkotaan dapat menyebabakan terjadinya perubahan interaksi dan aktivitas masyarakat di kota menjadi lebih meningkat. Dengan bertambahnya para pendatang di perkotaan memungkinkan  banyaknya  interaksi  yang  dapat  dilakukan. Masyarakat kota bisa  bergaul,  berkomunikasi  dan  bertukar  cerita  dengan masyarakat urban  sehingga menghasilkan  keberagaman aktivitas  kehidupan sosial, seperti di dunia  pekerjaan,    kehidupan  bertetangga,  aktivitas  rumah    tangga,  lalu  lintas  jalan  semakin  padat  dan  lainnya.

Masyarakat urban berbondong-bondong melakukan perpindahan ke kota faktor utamanya adalah motif ekonomi.  Perkembangan  suatu  kota  memicu  datangnya  kaum  urban  di  kota-kota  besar seluruh Indonesia. Kondisi ini akan mendorong munculnya sektor informal (ekonomi informal).  Keberadaan  sektor  informal  satu  sisi  dianggap  mengganggu  pemandangan dan  ketertiban  kota,  namun  disisi  lain  aktifitas  sektor  informal  yang  ada  di  kota mampu  mampu  memberi  penghidupan  pada  masyakat  urban  walaupun  dalam  kondisi kehidupan yang pas-pasan. Keberadaan sektor informal juga menjadi daya tarik orang desa untuk  tinggal  di  kota.  Karakteristik  sektor informal  dicirikan  oleh  sektor  ekonomi marginal  dengan  kondisi  nyata  dilakukan  oleh  sejumlah  tenaga  kerja  yang  umumnya kurang  berpendidikan  dan  tidak  memiliki  keterampilan. Pengertian  sektor  informal yaitu kegiatan ekonomi yang berada dalam status tidak resmi dalam suatu aturan yang mewakili golongan kurang mampu.

Kemudian dalam hal tempat tinggal, masyarakat urban yang tidak memilki tempat tinggal di kota biasanya lebih memilih untuk hidup berkelompok dengan orang-orang yang satu desa denganya. Mereka mendiami area tanah milik sebagian penduduk kawasan yang mempunyai lahan cukup luas. Para pemilik lahan tersebut kemudian  menjualnya kepada masyarakat urban dengan cara membagi-bagi lahan yang tersisa kedalam luasan lahan yang cukup. Ketika mereka di kota sudah mengalami peningkatan kemampuan keuangan, kemudian mereka biasanya secara sendiri-sendiri berupaya mendirikan bangunan yang jauh lebih baik. 

Daftar Pusatka :

Soetomo, S. 2013. Urbanisasi dan Morfologi. Yogyakarta : Graha Ilmu

Mulyana, Deddy, Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komunikasi Antar Budaya : Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Reksohadiprojo, S dan Karseno, 2001. Ekonomi Perkotaan. Edisi ke 4, BPFE-Yogyakarta.

Husaini, Ahmad. Mobilitas    Sosial    Dan    Perilaku    Keberagamaan    Pada    Masyarakat  Urban,  Studi  Kasus  Komunitas  Pemulung . Skripsi : Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline