Lihat ke Halaman Asli

Natasya WidilaAndini

Mahasiswa/bp 21 jurusan bahasa dan sastra indonesia

Budaya Minangkabau dan Keunikannya

Diperbarui: 9 Juli 2024   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut KBBI, budaya dapat diartikan sebagai akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah.

 Sedangkan Minangkabau merupakan suatu rumpun atau kultur etnis yang unik dari hampir seluruh wilayah indonesia itu sendiri. Dalam sejarahnya penamaan minangkabau menurut tambo berawal dari peristiwa adu kabau atau kerbau milik 2 tokoh utama di Mianangkabau yaitu Datuak Katumanggungan dan Datuk Parpatiah Nan Sabatang, yang diberikan tanduk besi ke kepala anak kerbau yang di sebut minang, sehingga jika secara singkat nya kata Minangkabau berasal dari kerbau bertanduk besi.

 Asal nama Minangkabau juga banyak di tafsirkan menurut para ahli seperti : menurut pendapat vander Tuuk yang menyebutkan bahwa nama Minangkabau berasal dari kata pinang khabu yang artinya tanah asal, menurut profesor poerbocoroko mengatakan bahwa Minangkabau berasal dari kata mananga tamwan yang artinya pertemuan dua sungai sedangkan menurut sutan muhammad zain Minangkabau sendiri berasal dari kata minanga kanvar yang artinya muara kampa.

 Meskipun banyak pendapat mengenai penamaan Minangkabau sendiri namun secara garis besar Minangkabau merupakan kelompok etnis asli nusantara yang wilayah persebaran kebudayaannya meliputi kawasan yang kini masuk ke dalam provinsi sumatera barat.

 Jadi, Budaya Alam Minangkabau merupakan kompleksitas nilai, norma, dan adat yang melahirkan aktivitas dan tingkah laku orang Minangkabau. Budaya ini mewujudkan sesuatu yang berharga bagi manusia melalui berbagai unsur kebudayaan seperti bahasa, kesenian, dan sistem kepercayaan.

 Salah satu hal yang unik dari budaya Minangkabau adalah menganut sistem Matrilineal atau mengikuti garis keturunan ibu. Dari asal katanya, istilah matrilineal terdiri dari kata matri artinya (ibu) dan lineal (garis), sehingga berarti garis ibu. Dalam sebuah keluarga Minang, seorang anak akan mengikuti suku sang ibu, sehingga akan terhubung dengan kerabat ibu berdasarkan kepada garis keturunan perempuan secara unilateral.

 Dilansir dalam Jurnal Filsafat (Februari, 2015) yang ditulis oleh Iva Ariani yang berjudul Nilai Filosofis Budaya Matrilineal di Minangkabau (Relevansinya Bagi Pengembangan Hak-Hak Perempuan di Indonesia) mengungkapkan mengenai sejarah sistem matrilineal dalam suku Minangkabau.

 Berdasar cerita para tokoh Minangkabau yang disampaikan secara turun-temurun, hal ini berawal pada masa kepemimpinan Datuk Katumanggungan dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang di Minangkabau. Saat itu panglima perang kerajaan Majapahit, Adityawarman berniat menyerang daerah ini karena tidak memiliki angkatan perang. Kerajaan Minangkabau memang terkenal sebagai daerah yang cinta damai dan benar-benar berusaha untuk menghindari peperangan. Setelah mengatur siasat, akhirnya Datuk Katumanggungan memutuskan tidak akan menyambut pasukan kerajaan Majapahit dengan barisan prajurit, melainkan dengan keramahan. Selain itu, panglima perang kerajaan Majapahit, Adityawarman jug dipinang dan dijodohkan dengan adik kandungnya yang bernama Putri Jamilah. Agar keturunan Putri Jamilah tetap menjadi orang Minangkabau dan mendapatkan warisan kerajaan, maka ditetapkan adat Batali Bacambua yang langsung merubah struktur masyarakat Minangkabau. Adat Batali Bacambua mengubah aturan dari bapak mewariskan kepada anak menjadi harus diwariskan kepada kemenakan, serta suku yang semula didapat dari bapak, menjadi diturunkan dari pihak ibu.

 Dengan ketentuan baru yaitu waris yang turun dari ibu dan bukan dari bapak, maka keberadaan sosok Adityawarman tidak lebih dari raja transisi di Kerajaan Minangkabau. Adityawarman hanya akan menjabat hingga nanti lahir kemenakan dari keluarga adiknya, Putri Jamilah yang akan jadi pewaris tahta sebenarnya. Cerita inilah yang dipercaya oleh masyarakat Minangkabau sebagai cikal bakal dari budaya matrilineal yang masih dianut hingga sekarang.

 Bukan hanya matrilineal saja keunikan masyarakat Minangkabau, tetapi ada hal lainnya berupa :

1. Pernikahan eksogami merupakan pernikahan yang dianjurkan tidak masuk atau lebur ke dalam kaum kerabat pasangannya. Seperti laki laki minang menikah dengan perempuan diluar keturunan minang sehingga nanti anaknya tidak akan memiliki suku namun sebaliknya jika, perempuan minang menikah dengan laki-laki diluar keturunan minang tidak dipermasalahkan lantaran tidak akan merusak struktur adat dan mengikuti suku ibunya (matrilineal).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline