Lihat ke Halaman Asli

Kreativitas Strategi PR Dalam Pemasaran

Diperbarui: 21 Juni 2024   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo, saya ingin membagi tulisan mengenai bagaimana Kreativitas Straetgi PR Dalam Pemasaranl di Mata Kuliah Humas Digital.

Pada semester 4 ini kami mahasiwa dari Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Indonesia wajib mengikuti kelas yang diajarkan oleh dosen kami yaitu, Marshelia Gloria Narida, S.S., N.A yang sering dipanggi Kak Marshel dalam Mata Kuliah Humas Digital. Kak Marshel dalam kelasnya sering membagi cerita bagaimana realita seorang Public Relations dengan pengalaman pribadinya selama ini. Tentu kami para mahasiswa sangat terbantu dengan pengalaman yang Kak Marshel bagikan, dengan begitu setidaknya kami tahu bagaimana sih 'praktik kerja PR' yang kerab dianggap sebuah profesi mudah, karena dianggap hanya modal jago bicara saja, padahal nyatanya praktik kerja PR sendiri tidak segampang yang orang-orang bicarakan.  Menurut saya praktik kerja PR mampu mengandalkan segala cara untuk memperbaiki citra perusahaan dan juga mengenali perusahaan atau merek agar dikenal luas. Apalagi dalam digitalisasi ini sosok PR harus bisa menguasai teknologi untuk mengetahui strategi pemasaran yang cocok dalam mengunakan platform online. Selain itu perlu terus update tentang apa yang sedang viral atau dibicarakan orang banyak di media sosial.  Karena itu dalam Mata Kuliah Humas Digital sendiri, Kak Marshel mengajarkan bagaimana memahami kinerja atau trend masa kini agar menjangkau atau dikenal publik luas, juga belajar mengelola media sosial agar dapat meningkatkan produk dan membangun hubungan suatu perusahaan kepada audiens.

Strategi yang diajakarkan Kak Marshel juga bukan suatu hal yang semua orang akan pikirkkan, contohnya bagaimana memilih lagu yang tepat untuk mempromosikan suatu barang. Di kelas ini Kak Marshel menjelaskan bagaimana penggunakan lagu sangat perlu diperhatikan. Sering kali kita tidak sadar bahwa trend lagu yang kita dengar di media sosial mempunyai makna yang tidak berhubungan dengan apa yang kita sampaikan kepada audiens. Hal sekecil inipun tidak semua orang sadar, bahkan banyak dari kita bersikap angkuh karena yang penting lagu yang dipakai mengikuti trend yang ada. Dari kelas inipun saya baru menyadari bahwa benar adanya banyak konten promosi yang memakai lagu tidak berelasi dengan promosi yang sedang dilakukan, karena hal sekecil ini mampu membuat perusahaan mungkin dapat di tuntut atau audiens yang sadar akan berkomentar negatif pada laman video promosi perusahaan. Selain ilmu diatas kami diajarkan bagaimana kita perlu membuat konten menarik untuk audiens, entah bentuknya promosi, maupun design grafis atau konten visual. Tidak lupa dengan narasi kreatif agar menarik perhatian audiens.

Saya setuju dengan hal ini bila melihat  keadaan saat ini bila kita berkunjung ke media sosial suatu perusahaan, pasti terdapat isi konten dengan design grafis yang menari perhatian dan juga memakai narasi yang kreatif. Di era digitalisasi ini saya yakin perusahaan berlomba-lomba agar selain konten promosi, design grafis dan video visual yang di unggah harus menarik perhatian audiens, tepatnya Gen-Z yang sangat memperhatikan estetika karena itu sosok PR perlu sekreatif mungkin dalam ide konten nya.

Untuk ETS (Evaluasi Tegah Semester) Humas Digital, Kak Marshel meminta kami membuat Content Pillar suatu perusahaan yang nantinya akan kita jabarkan, seperti Content ini masuk ke Content apa dan seterusnya. Dalam ETS ini saya banyak mendapatkan pelajaran juga bahwa Content yang sering kita lihat di media sosial itu memakai Content Pillar, sedangkan yang selama ini saya tahu Content yang di unggah di media sosial entah yang sedang trend saja atau berisi marketing saja. Content Pillar adalah salah satu strategi yang menurut saya perlu dilakukan oleh sebuah perusahaan, selain agar terstruktur hal ini akan membantu tim fokus dalam pembuatan konten kepada audiens sehingga akan tepat sasaran.  Selain itu dengan adanya Content Pillar, identitas suatu perusahaan atau merek tersebut akan meningkatkan indentitasnya atau dapat mudah dikenal audiens dan menghemat waktu karena konten sudah terstruktur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline