Lihat ke Halaman Asli

KKN Rekognisi UPI: Meningkatkan Literasi, Numerasi dan Adaptasi Teknologi di SD Al-Quran Kota Bandung

Diperbarui: 16 Maret 2022   03:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kampus Mengajar Angkatan 2 merupakan program lanjutan dari Kampus Mengajar (2021) dan Kampus Mengajar Perintis (2021). Program ini merupakan bukti dedikasi mahasiswa dalam menyukseskan pendidikan nasional di tengah pandemi Covid-19. 

Program yang dibuat oleh kemendikbud ini memfokuskan pada sekolah yang belum terakreditasi atau berakreditasi B/C atau terletak di daerah 3T dan membantu para siswa baik dari Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah Pertama. 

Selain mengajar, mahasiswa juga membantu pendidik dalam hal administrasi dan adaptasi teknologi dengan tujuan memaksimalkan proses pembelajaran. Salah satu sekolah sasaran pelaksanaan program Kampus Mengajar Angkatan 2 yaitu SD Al Quran yang terletak di Jl. A.H. Nasution No. 247, kecamatan Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat. Dalam pelaksanaan Kampus Mengajar, mahasiswa berkolaborasi dengan dosen pembimbing lapangan (DPL) dengan pihak sekolah untuk menyukseskan pendidikan nasional dengan membuat program kegiatan literasi, numerasi dan adaptasi teknologi. 

Ketika pembagian kelas untuk mengajar, penulis diberikan kesempatan untuk mengajar di kelas satu. Dilihat dari pembelajarannya tentu untuk siswa yang baru pindah dari pendidikan pra sekolah menuju sekolah formal tidak di wajibkan untuk bisa baca ,tulis, dan hitung (calistung). 

Oleh karena itu, pendidik harus mengajarkan calistung terlebih dahulu. Disini penulis membuat program terkait literasi dan numerasi dengan membuat beberapa lembar kerja siswa yang menyenangkan sebagai cara untuk melatih calistung pada siswa kelas satu. Selain itu, siswa juga diberi tugas untuk membaca buku minimal satu halaman setiap harinya di rumah. Tujuannya agar siswa dapat membaca dan gemar membaca. 

Dokpri

Dokpri

Selama kegiatan belajar mengajar terjadi ketimpangan antara siswa yang sudah lancar dalam calistung dan belum lancar dalam calistung. Akhirnya penulis dengan pendidik sepakat untuk membuat kelas tambahan bagi siswa yang sudah lancar dalam calistung dan belum lancar dalam calistung.  

Bagi siswa yang belum lancar dalam calistung, penulis membuat lembar kerja sederhana, dimulai dengan menghitung jumlah benda pada gambar, menebalkan huruf, meniru huruf, membaca huruf dimulai dari satu kata. Sedangkan kelas tambahan untuk siswa yang sudah lancar calistung yaitu membaca buku cerita kesukaannya dan nanti akan di tes baca, menyalin sebuah kalimat, berhitung penjumlahan puluhan dan pengurangan.  

Perlu kita ketahui bahwa tidak hanya siswa yang kurang saja yang diberi kelas tambahan, siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat juga butuh untuk kelas tambahan. Tujuannya agar kemampuan siswa tidak berhenti tetapi terus berkembang dengan baik.

Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline