"Kultur Jaringan" kita pasti pernah mendengar kata itu bukan. Sebenarnya itu apa? Jadi Kultur Jaringan itu adalah salah satu cara perbanyakan tanaman yang mulai sering digunakan di zaman modern. Kultur jaringan dilakukan secara vegetatif. Ini dilakukan dengan mengisolasi bagian tanaman tersebut, bagian tanaman yang diisolasi antara lain jaringan akar, batang, daun, dan mata tunas. Setelah diisolasi, bagian tanaman tersebut harus ditumbuhkan pada media buatan.
Media buatan itu harus kaya akan nutrisi dan zat pengatur tumbuh (hormon), selain itu media buatan tersebut harus dalam kondisi aseptik atau steril dan harus dalam wadah tertutup yang mana cahaya bisa masuk kedalamnya (misalnya, botol-botol kaca). Tanaman yang akan dikultur harus disesuaikan suhunya sehingga tanaman dapat tumbuh, memperbanyak diri yang nantinya akan menjadi tanaman yang lengkap.
Teknik kultur jaringan ini jelas berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan pada umumnya. Teknik kultur jaringan wajib dilakukan di dalam botol kultur yang steril dengan medium dan kondisi tertentu. Maka dari itu teknik kultur jaringan ini sering disebut kultur in vitro, yang berarti "di dalam kaca".
Banyak yang bertanya-tanya siapa yang menemukan teknik ini? F. C. Steward adalah orang dibalik semua ini. Ia menemukan teknik kultur jaringan pada tahun 1969 saat ia melakukan percobaan dengan mengambil satu sel empulur wortel. F. C. Steward pasti tidak sembarangan dalam melakukan percobaan ini. Ia memiliki dasar-dasar teori yang melandasi kultur jaringan ini, diantaranya :
Sel organisme multiseluler dimanapun letaknya adalah sama dengan sel zigot karena berasal satu sel tersebut (semua sel berasal dari satu sel).
Totipotensi sel (total genetic potential) yang menyatakan bahwa setiap sel punya potensi genetik yang sama dengan zigot dimana mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman yang mempunyai anggota yang lengkap.
Pada tumbuhan, memiliki jaringan meristem dan jaringan dasar (parenkim) dimana kedua jaringan tersebut belum berdiferensiasi dan masih aktif membelah.
Kita pasti bertanya-tanya, kenapa F. C. Steward mau bersusah-susah meneliti tentang kultur jaringan. Jadi pada dasarnya teknik kultur jaringan ini awalnya hanya merupakan sebuah ajang pembuktian totipotensi sel, lalu berkembang pesat dan biasanya dimanfaatkan untuk penyediaan bibit tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif (misalnya anggrek).
Dengan menggunakan teknik kultur jaringan kita dapat memperoleh beberapa keuntungan misalnya, kita bisa memperoleh bibit dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat, selain itu kita bisa memperoleh bibit yang identik dengan induknya, misal induk tersebut memiliki sifat memiliki buah yang manis maka nantinya diperoleh hasil yang memiliki buah yang manis pula.
Maka dari itu untuk melakukan teknik kultur jaringan ini kita harus memilih induk yang mempunyai sifat yang unggul agar hasil dari kultur jaringan ini bisa memiliki sifat yang unggul pula. Bibit yang dihasilkan pun seragam, kualitas dan kesehatan lebih terjamin serta bibit tersebut dalam proses pertumbuhannya lebih cepat dan tidak bergantung pada musim. Dalam melakukan teknik kultur jaringan juga tidak perlu tempat yang luas karena hanya menggunakan botol-botol kaca.
Zaman sekarang sudah banyak orang yang beralih menggunakan kultur jaringan oleh karena banyaknya keuntungan-keuntungan yang bisa didapat. Kultur jaringan sudah banyak diaplikasikan sebagai contoh, tanaman pisang lampung yang dikultur jaringan memiliki sifat yang baik yaitu lebih tahan terhadap hama dan penyakit, lebih cepat berbuah sehingga meningkatkan produksi buah, kualitas buah lebih baik, dan kecil kemungkinan terjadinya penurunan hasil (baik kualitas dan kuantitasnya).