Lihat ke Halaman Asli

Analisa Gravimetri, Titrasi Pengendapan dan Pemeriksaan Kesadahan Air

Diperbarui: 16 November 2023   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gravimetri 

Gravimetri adalah pengukuran kuantitatif atau kuantitas suatu sampel dengan menghitung berat suatu zat. Untuk pengukuran gravimetri, produk harus selalu dalam bentuk padat. Alat yang paling penting dalam pengukuran berat sampel adalah timbangan dengan tingkat ketelitian yang baik. Pada reaksi yang membentuk endapan, endapan tersebut menjadi sampel yang akan dianalisis. Hal ini memungkinkan pemisahan endapan dengan cepat dari zat lain yang juga mengendap. Pencucian endapan adalah langkah selanjutnya. Tahap pencucian biasanya dilakukan dengan menyaring endapan. Langkah terakhir dalam proses ini adalah memurnikan endapan dengan menguapkan pelarut atau air yang masih ada dalam sampel. Pemanasan atau pengeringan biasanya dilakukan di dalam oven.

Metode analisis kuantitatif gravimetri didasarkan pada stoikiometri reaksi pengendapan, biasanya dinyatakan dengan persamaan:

Aa + pP → AaPp

Dimana a adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), p adalah koefisien reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai proses pengendapan yang sempurna.

Tahapan Metode Gravimetri

Terdapat beberapa tahapan dalam metode gravimetri, diantaranya:

1). Proses Pengendapan

Pada umumnya pengendapan terjadi melalui dua proses, proses pertama, terbentuk zarah-zarah yang sangat kecil (1-100 nm) yang disebut inti, sedangkan proses kedua inti-inti tersebut tumbuh menjadi zarah-zarah yang lebih. Inti-inti tersebut tidak segera muncul setelah zat pengendap ditambahkan kedalam larutan yang akan diendapkan, tetapi hampir selalu ada masa imbas, yakni massa antara penambahan zat pengendap dan munculnya endapan. Selanjutnya inti-inti itu tumbuh menjadi zarah-zarah yang lebih besar dengan berbagai cara, tergantung pada kelarutan endapan dan keadaan endapan, yang menentukan bentuk endapan yang terjadi. Bila kelarutan endapan tidak begitu rendah. maka pada penambahan zat pengendap selanjutnya sangat sedikit inti baru terbentuk, tetapi sebagian besar zat pengendap itu berperan dalam pertumbuhan inti-inti yang telah ada. Akibatnya akan diperoleh endapan yang berbentuk hablur kasar yang agak murni dan cocok untuk pengolahan selanjutnya. Sebaliknya bila kelarutan endapan sangat rendah, maka sejumlah besar inti baru akan terbentuk selama proses penambahan zat pengendap. Akibatnya, endapan terbentuk karena pengelompokan inti-inti sehingga timbul endapan yang berbentuk hablur halus atau bahkan endapan yang berbentuk hablur sekali (Chadijah, 2012).

2). Pemilihan Keadaan Untuk Pengendapan

Dalam gravimetri, endapan yang diinginkan adalah endapan hablur kasar, karena endapan ini mudah disaring dan dicuci. Selain itu, karena luas permukaan endapan hablur kasar itu lebih kecil daripada hablur halus, maka endapan hablur kasar ini lebih sedikit mengandung kotoran (Chadijah, 2012).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline