"Kita pura pura berantam, mau cerai. Mereka pasti pulang"
Merasa familiar dengan kalimat di atas? Ya, kalimat tersebut adalah penggalan dari film Ngeri Ngeri Sedap yang sedang tayang di seluruh bioskop di Indonesia.
Film ini pun berhasil meraih 1.5 juta penonton sejak pertama kali penayangannya di tanggal 2 Juni 2022 dan menggeser Toba Dreams yang hanya berhasil meraih 255 ribu penonton saja pada penayangannya di tahun 2015. Uniknya lagi, hampir semua pemain di film ini adalah orang Batak.
Sejujurnya, pada awalnya saya tidak terlalu tertarik untuk menonton film ini, namun setelah melihat beberapa review dari teman teman saya yang mengatakan bahwa film ini sangat layak untuk ditonton, saya pun menjadi penasaran dan akhirnya memaksakan diri saya untuk menonton film ini di sebuah pusat perbelanjaan di daerah selatan Jakarta. Saya pergi sendirian karena hampir semua teman teman saya sudah nonton.
Harga tiket yang lumayan mahal karena saya menonton film ini di saat weekend pun tidak menjadi suatu hal yang saya sesali karena film ini ternyata layak mendapatkan apresiasi lebih.
Selama hampir 2 jam, Bene Dion seakan akan membawa saya kembali pulang ke Sumatera Utara, dengan suasana dan hiruk pikuk yang membuat rasa rindu saya akan kampung halaman semakin kuat.
Setiap unsur yang ada di film ini pun tidak luput dari perhatiannya dan dibuat sekental mungkin dengan adat Batak, mulai dari plat BB yang memang digunakan khusus di daerah Sumatera Utara, mobil toyota kijangnya, perabotan di rumah, sampai makanan yang dimunculkan di tiap adegan film.
Saya juga dimanjakan dengan pemandangan Danau Toba yang indah, disertai hamparan perbukitan berwarna hijau yang sangat menyejukkan mata.
Film yang sangat kental dengan adat Batak ini bercerita tentang seorang pasangan suami istri, yang kemudian akan dipanggil Pak Domu dan Mak Domu, yang ingin sekali ketiga anak lelaki mereka yang berada di perantauan yang bernama Domu, Gabe, dan Sahat, untuk pulang ke kampung halaman mereka.