Lihat ke Halaman Asli

Polemik Pemerataan Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia untuk Mengurangi Polusi Serta Kemacetan

Diperbarui: 22 Agustus 2023   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kereta api pertama kali di temukan oleh seorang insinyur berkebangsaan Inggris yaitu Richard Trevithick pada tahun 1803. Beliau membangun lokomotif kereta pertama di dunia dengan memanfaatkan tenaga uap.  Jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden yaitu jalur yang menghubungkan solo dan Yogyakarta terletak di Desa Kernijen adalah jalur kereta api pertama di Indonesia.

Semakin berkembangnya zaman semakin maju teknologi transportasi. Dimulai dari munculnya sepeda motor bertenaga bensin pada tahun 1885, lalu disusul mobil, pesawat dan sebagainya. Semakin modern semakin canggih. Bahan bakar yang terbuat dari minyak bumi sudah mulai ditinggalkan. Saat ini perusahaan dan investor berlomba-lomba membuat inovasi-inovasi baru. Contohnya ditemukannya transportasi bertenaga listrik. Beberapa inovasi transportasi bertenaga listrik antara lain sepeda listrik, motor listrik, mobil listrik, KRL, MRT, dan beberapa lainnya

Diantara transportasi di atas. Kereta merupakan salah satu transportasi favorit Masyarakat Indonesia. Dengan harganya yang lebih murah dan dengan tenggat waktu yang lebih singkat untuk mencapai tujuan perjalan. Hal ini membuat kereta menjadi salah satu transportasi yang paling disukai oleh Masyarakat Idonesia  
Di balik semua itu kereta api memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satunya adalah polusi suara. Kereta saat sedang berjalan mengeluarkan suara gesekan antara roda dengan rel kereta api membuat suara yang sangat bising. Suara bising ini dapat merusak Kesehatan telinga. Tidak hanya itu suara bising dari kereta api dapat menyebabkan gangguan ,stree, kelelahan, tidak focus dan  ketidaknyamanan. Selain itu getaran yang dihasilkan oleh kereta api saat melintas membuat beberapa benda di sekitarnya ikut bergetar dan bisa membahayakan.

Tidak hanya polusi suara yang dihasilkan kereta api. Kereta menghasilkan polusi udara. Kereta membutuhkan sekitar 2,5 liter/km. Bayangkan jarak yang di tempuh panjang seperti dari Surabaya-r Jakarta. Pasti banyak sekali bahan bakar yang dibutuhkan. Nah bahan bakar inilah yang menghasilkan polusi udara. Bayangkan saja berapa banyak kereta yang aktif dan berapa besar emisi karbon dioksida yang dihasilkan,
Namun saat ini transportai KRL (Kereta rel listrik) dan MRT (Mass Rapid Transit/Moda raya terpadu) menjadi alat transportasi yang banyak disukai oleh masyarakat khususnya di DKI Jakarta. Mereka berpikir bahwa dengan menggunakan kereta dapat meminimalisir polusi penyebab kerusakan lingkungan dan kemacetan. Sebenarnya ini merupakan hal yang baik. 

Karena menunjukan bahwa Indonesia tidak tertinggal dalam perkembangan transportasi. Tetapi disamping itu penggunaan listrik untuk menjadikan kereta listrik bergerak sangatlah tidak sedikit. Untuk perjalanan sehari-hari membutuhkan daya listrik sekitar 250 ribu watt. Panasnya energi listrik dapat meningkatkan suhu global dan bisa menyebabkan cuaca ekstrim di suatu wilayah tertentu.

Selain itu Pembangunan rel untuk rute kereta memiliki dampak buruk untuk Kesehatan lingkungan. Pembangunan rel kereta yang harus menebang paksa pohon untuk membuka lahan. Padahal pohon berperan besar dalam mengurangi polusi terutama polusi udara. Ditambah lagi saat ini semakin sempitnya lahan karena maraknya pembangunan yang memaksakan rel kereta dibangun di tengah pemukiman penduduk. Hal tersebut sangatlah buruk untuk kelangsungan kehidupan. Bayangkan saja setiap jam ada kereta lewat di depan atau di belakang rumah anda.  Hal tersebut pasti akan mengganggu kenyamanan mahluk hidup. Apalagi getaran yang dihasilkan kereta dapat membuat benda di sekitarnya ikut bergetar. Dinding-dinding rumah yang bersebelahan dengan rel kereta memungkinkan akan cepat roboh. Hal ini sangat membahayakan pengguni di dalamnya. 

Keamanan rel kereta pun sangat kurang. Dengan kecepatan kereta yang tinggi sangat membahayakan orang disekitar. Terutama anak-anak yang belum mengerti. Jangakan anak-anak orang dewasa pun sering melanggar aturan kereta. Banyak kasus kecelakaan kereta.

Agustiani, 2012) Pengaruh Intensitas Kebisingan Kereta Api Terhadap Gangguan Pendengaran Pada Masyarakat Tegalharjo Yang Tinggal Di Pinggiran Rel Kereta Api
(Wibisono, 2011) Prediksi Jumlah Emisi Co2 dari Kegiatan Transportasi Khusus Kereta Api dan Upaya teknologi Tersedia Pengurang Emisi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline