Lihat ke Halaman Asli

nataliavera

Universitas Mulawarman

Peran Bahasa Indonesia dalam Meningkatkan Akses Informasi Kesehatan di Medsos

Diperbarui: 9 Desember 2024   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkenalkan nama saya Natalia vera dari jurusan farmasi, Universitas Mulawarman. Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan bagaimana peran Bahasa Indonesia dalam menigkatkan akses informasi kesehatan di media social, terkhususnya bagi masyarakat yang tabu terkait informasi kesehatan.

            Dalam era digital, media sosial seperti Facebook, Instagram,TikTok, dan YouTube menjadi platform utama dalam menyampaikan informasi, termasuk edukasi kesehatan. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024, penetrasi pengguna internet di Indonesia naik 1,31% dibanding tahun lalu yaitu 79,5% dengan jumlah pengguna internet 221 juta ditahun 2024. Hal ini menyatakan bahwa pengguna internet atau lebih spesifik pengguna media sosial memiliki kemudahan dalam mengakses dan menyebarkan infromasi,mencari hiburan, serta belajar melalui internet.

            Dengan jangkauannya yang luas dan kemampuan untuk menyebarkan             informasi secara cepat, media sosial memungkinkan masyarakat             mendapatkan akses informasi yang lebih mudah dan lebih   luas. Namun,             penting untuk diingat bahwa meskipun media sosial bisa     sangat bermanfaat, ada juga tantangan terkait penyebaran misinformasi yang akan mempengaruhi timbulnya suatu masalah, khususnya masalah           kesehatan. Penataan informasi yang tepat, teratur, dan jelas pasti akan          mendukung kelancaran kegiatan operasional organisasi dan pengambilan        keputusan yang tepat. Oleh karena itu, penting untuk mengedepankan           penggunaan bahasa yang tepat, penyaringan informasi yang akurat, dan     peningkatan literasi media      di kalangan pengguna media sosial untuk memastikan distribusi informasi yang efektif dan aman.

            Menurut World Health Organization, literasi kesehatan menjadi komponen penting untuk mencapai kesehatan dalam kehidupan            masa kini, sebab sistem pelayanan kesehatan menjadi semakin kompleks      dan masyarakat dihadapi dengan arus informasi yang tidak benar. Semakin tinggi tingkat literasi media seseorang maka, semakin banyak makna pesan yang dapat digali dari konten media yang diterimanya, sebaliknya semakin rendah tingkat literasi media seseorang maka semakin sedikit atau semakin dangkal makna yang dapat mereka ambil dari pesan yang mereka terima.

            Penggunaan bahasa Indonesia yang jelas dan tepat dapat membantu mengurangi penyebaran informasi yang salah atau membingungkan. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan menggunakan bahasa yang sederhana, menghindari istilah medis yang rumit, dan memastikan bahwa setiap klaim kesehatan didukung oleh bukti ilmiah yang sah. Misalnya, akun-akun media sosial yang dikelola oleh lembaga kesehatan atau pemerintah, seperti Kementerian Kesehatan, Lembaga ini sering menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk menjelaskan kondisi kesehatan dan pencegahan penyakit

            Jika tepat dalam penggunaan Bahasa Indonesia, maka penyampaian informasi akan mudah dipahami oleh masyarakat, terlebih jika informasi yang disampaikan tidak bertele-tele dan fokus pada poin yang ingin disampaikan. Penggunaan bahasa yang sederhana juga penting agar pengguna media yang bukan tenaga kesehatan atau memiliki latar belakang tenaga kesehatan dapat memahami informasi tersebut.

            Indonesia kaya akan keberagaman suku,ras, serta budayanya, sehingga penyampaian informasi juga perlu disesuaikan dengan konteks lokal terkait dengan budaya dan norma masyarakat. Penggunaan bahasa lokal dapat memperkuat keterlibatan masyarakat dalam program kesehatan. Pendekatan ini juga dapat menghindari potensi kesalahpahaman atau konflik budaya yang dapat menghambat penerimaan makna dari informasi kesehatan.

            Adaptasi budaya dan partisipasi aktif pengguna media juga menjadi kunci  penting dalam mencapai komunikasi yang efektif, misalnya memberi tanggapan pada kolom komentar. Dengan pendekatan ini,  kita dapat meningkatkan pemahaman,kepercayaan, dan partisipasi pengguna media lain dalam berbagai isu penting. Untuk itu, media sosial bukan hanya menjadi alat penyebaran informasi, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan masyarakat untuk menjadi lebih cerdas dalam mengambil keputusan kesehatan, termasuk pengobatan yang lebih aman dan terkelola dengan baik. Ini juga membuka peluang bagi tenaga medis dan apoteker untuk lebih terlibat dalam edukasi kesehatan masyarakat, mengurangi risiko penyalahgunaan obat, serta meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi pengobatan yang telah disarankan di media sosial

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline