Perkenalkan nama saya Natalia vera dari jurusan farmasi, Universitas Mulawarman. Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan bagaimana peran Bahasa Indonesia dalam menigkatkan akses informasi kesehatan di media social, terkhususnya bagi masyarakat yang tabu terkait informasi kesehatan.
Dalam era digital, media sosial seperti Facebook, Instagram,TikTok, dan YouTube menjadi platform utama dalam menyampaikan informasi, termasuk edukasi kesehatan. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024, penetrasi pengguna internet di Indonesia naik 1,31% dibanding tahun lalu yaitu 79,5% dengan jumlah pengguna internet 221 juta ditahun 2024. Hal ini menyatakan bahwa pengguna internet atau lebih spesifik pengguna media sosial memiliki kemudahan dalam mengakses dan menyebarkan infromasi,mencari hiburan, serta belajar melalui internet.
Dengan jangkauannya yang luas dan kemampuan untuk menyebarkan informasi secara cepat, media sosial memungkinkan masyarakat mendapatkan akses informasi yang lebih mudah dan lebih luas. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun media sosial bisa sangat bermanfaat, ada juga tantangan terkait penyebaran misinformasi yang akan mempengaruhi timbulnya suatu masalah, khususnya masalah kesehatan. Penataan informasi yang tepat, teratur, dan jelas pasti akan mendukung kelancaran kegiatan operasional organisasi dan pengambilan keputusan yang tepat. Oleh karena itu, penting untuk mengedepankan penggunaan bahasa yang tepat, penyaringan informasi yang akurat, dan peningkatan literasi media di kalangan pengguna media sosial untuk memastikan distribusi informasi yang efektif dan aman.
Menurut World Health Organization, literasi kesehatan menjadi komponen penting untuk mencapai kesehatan dalam kehidupan masa kini, sebab sistem pelayanan kesehatan menjadi semakin kompleks dan masyarakat dihadapi dengan arus informasi yang tidak benar. Semakin tinggi tingkat literasi media seseorang maka, semakin banyak makna pesan yang dapat digali dari konten media yang diterimanya, sebaliknya semakin rendah tingkat literasi media seseorang maka semakin sedikit atau semakin dangkal makna yang dapat mereka ambil dari pesan yang mereka terima.
Penggunaan bahasa Indonesia yang jelas dan tepat dapat membantu mengurangi penyebaran informasi yang salah atau membingungkan. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan menggunakan bahasa yang sederhana, menghindari istilah medis yang rumit, dan memastikan bahwa setiap klaim kesehatan didukung oleh bukti ilmiah yang sah. Misalnya, akun-akun media sosial yang dikelola oleh lembaga kesehatan atau pemerintah, seperti Kementerian Kesehatan, Lembaga ini sering menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk menjelaskan kondisi kesehatan dan pencegahan penyakit
Jika tepat dalam penggunaan Bahasa Indonesia, maka penyampaian informasi akan mudah dipahami oleh masyarakat, terlebih jika informasi yang disampaikan tidak bertele-tele dan fokus pada poin yang ingin disampaikan. Penggunaan bahasa yang sederhana juga penting agar pengguna media yang bukan tenaga kesehatan atau memiliki latar belakang tenaga kesehatan dapat memahami informasi tersebut.
Indonesia kaya akan keberagaman suku,ras, serta budayanya, sehingga penyampaian informasi juga perlu disesuaikan dengan konteks lokal terkait dengan budaya dan norma masyarakat. Penggunaan bahasa lokal dapat memperkuat keterlibatan masyarakat dalam program kesehatan. Pendekatan ini juga dapat menghindari potensi kesalahpahaman atau konflik budaya yang dapat menghambat penerimaan makna dari informasi kesehatan.
Adaptasi budaya dan partisipasi aktif pengguna media juga menjadi kunci penting dalam mencapai komunikasi yang efektif, misalnya memberi tanggapan pada kolom komentar. Dengan pendekatan ini, kita dapat meningkatkan pemahaman,kepercayaan, dan partisipasi pengguna media lain dalam berbagai isu penting. Untuk itu, media sosial bukan hanya menjadi alat penyebaran informasi, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan masyarakat untuk menjadi lebih cerdas dalam mengambil keputusan kesehatan, termasuk pengobatan yang lebih aman dan terkelola dengan baik. Ini juga membuka peluang bagi tenaga medis dan apoteker untuk lebih terlibat dalam edukasi kesehatan masyarakat, mengurangi risiko penyalahgunaan obat, serta meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi pengobatan yang telah disarankan di media sosial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H