Lihat ke Halaman Asli

Natalia Hardi Putri

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Komunikasi Persuasif dalam Pidato Presiden Jokowi di Sidang Bersama DPD - DPR RI 2019

Diperbarui: 18 September 2024   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa pidato yang dilakukan oleh Presiden Jokowi pada Sidang Bersama DPD-DPR RI pada tahun 2019. Sebagai seorang dengan jabatan tinggi, Presiden Joko Widodo menunujukan kepiawaianya dalam berpidato. Dalam pidatonya, Jokowi tidak hanya mengandalkan posisi otoritasnya, tetapi juga dengan cerdik menggabungkan tiga elemen utama retorika: etos (kredibilitas), logos (logika), dan pathos (emosi). Pidatonya merupakan contoh bagaimana seorang pemimpin dapat memengaruhi audiens dengan gaya komunikasi yang efektif dan meyakinkan.

Dalam pidato resmi, Jokowi selalu memperkuat etosnya sebagai kepala negara. Salam pembuka yang inklusif kepada berbagai lapisan masyarakat dan pejabat negara menunjukkan sikap menghargai keberagaman dan posisi otoritas yang ia emban. Penyebutan prestasi pemerintah, seperti proyek-proyek besar infrastruktur dan program strategis nasional, mengukuhkan kredibilitasnya sebagai pemimpin yang bekerja nyata. Dalam beberapa kalimat, ia juga sering menyebutkan "sebagai kepala negara yang merangkap kepala pemerintahan," mempertegas perannya yang penting dalam menentukan arah kebijakan bangsa.

Selain itu, Jokowi juga menunjukkan pemahaman mendalam terhadap tantangan dan perubahan global yang terjadi. Dalam pidatonya, ia sering menggunakan logos, yakni menyampaikan argumen yang didasarkan pada logika dan fakta. Sebagai contoh, Jokowi menyampaikan bahwa dunia sedang menghadapi disrupsi teknologi dan perubahan ekonomi yang cepat. Ia menegaskan bahwa pekerjaan lama mungkin akan hilang, tetapi akan muncul banyak pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan berbeda. Dengan menyusun argumen ini secara logis, Jokowi membimbing audiensnya untuk memahami permasalahan secara rasional dan menerima solusi yang ia tawarkan, seperti peningkatan sumber daya manusia yang unggul.
Salah satu kekuatan pidato Jokowi terletak pada kemampuannya untuk menggerakkan emosi audiens melalui penggunaan pathos. Jokowi sering kali menyentuh perasaan kebanggaan nasional dan semangat persatuan. Dalam pidatonya, ia mengajak seluruh elemen masyarakat, mulai dari pengusaha, petani, nelayan, hingga UMKM, untuk merasa bahwa mereka semua berkontribusi dalam kemajuan bangsa. Ia menyampaikan pesan bahwa "Indonesia maju bukan hanya karya Presiden, tetapi juga karya seluruh rakyat." Sentimen ini membangkitkan rasa kebersamaan dan kebanggaan nasional, memperkuat emosi audiens yang mendengarkan.
Di samping itu, Jokowi juga sering menggunakan gaya bahasa yang penuh semangat, mendorong audiensnya untuk bertindak. Kalimat seperti "kita harus lebih baik dari yang lainnya" dan "berubah sekarang" mencerminkan urgensi perubahan yang diperlukan untuk bersaing di era global. Metafora "lompatan" yang ia gunakan untuk menggambarkan percepatan pembangunan menciptakan gambaran visual yang memotivasi, menyampaikan pesan bahwa Indonesia harus melakukan perubahan besar dan cepat demi masa depan yang lebih baik.

Selain dari segi struktur pidato yang teratur dan seimbang, Jokowi juga dikenal dengan penggunaan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna. Pidato-pidatonya sering kali disertai dengan analogi-analogi yang mudah dipahami, serta metafora yang menggerakkan, seperti "melompat lebih tinggi" untuk menggambarkan percepatan pembangunan. Kemampuan ini memungkinkan Jokowi berkomunikasi dengan berbagai kalangan masyarakat, dari akademisi hingga masyarakat umum, dengan cara yang mudah dicerna namun tetap kuat dan persuasif.

Pidato Jokowi secara keseluruhan merupakan contoh yang baik tentang bagaimana komunikasi yang efektif dapat menginspirasi dan memotivasi audiens. Dengan struktur yang teratur, kombinasi antara etos, logos, dan pathos, serta penggunaan gaya bahasa yang menggugah, Jokowi berhasil menjadi contoh seorang pemimpin yang mampu membawakan pidato dengan persuasif. Kekuatan retorikanya tidak hanya terletak pada posisinya sebagai presiden, tetapi juga pada kemampuannya untuk mengomunikasikan pesan dengan jelas, logis, dan emosional. Pidato-pidatonya memberikan inspirasi bagi banyak orang dan menunjukkan pentingnya keterampilan berbicara di hadapan publik untuk memimpin suatu bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline