Kali ini saya akan membahas mengapa yang namanya menulis itu menyenangkan?
Mari lihat dari sudut pandang saya sebagai orang yang gemar dalam dunia literasi dan kepenulisan meskipun belum menerbitkan karya fisik dan menjualnya di toko buku. Sebagai hobi, menulis bagi saya adalah refleksi dari apa-apa yang tidak bisa tersampaikan melalui untaian kata. Sama seperti ketika kau harus memahami makna dari sebuah lukisan, begitu pula cara kerja sebuah karya tulisan.
Menulis tak ubahnya sebagai apa yang paling menyenangkan di dunia. Bayangkan kau bisa menceritakan apapun tanpa orang yang menjadi inspirasimu tahu sebagai gamblang. Sebab maknanya begitu implisit dalam beberapa kisah.
Selain itu, kau bisa membuat seseorang abadi. Ketika umur habis dimakan waktu, maka tulisan akan abadi di ingatan manusia. Aku percaya hal tersebut. Cinta penulis akan abadi di ingatan pembaca. Contohnya saja karya Pramoedya Anta Toer. Karya beliau benar-benar tak lekang oleh waktu sampai-sampai Bukunya Bumi Manusia sudah di filmkan hingga sekarang.
Menulis bagi saya secara khusus sebagai refleksi akan ketenangan. Sebagai obat untuk hati yang gundah gulana. Ketika menulis, saya merasa nyaman dan seolah-olah masalah saya hilang beriringan dengan satu demi satu kata yang dirangkai jadi satu paduan cerita yang indah.
Penulis juga mempunyai pengetahuan yang lebih luas untuk mengedukasi pembacanya. Untuk beberapa penulis yang profesional dimana mereka bekerja sebagai profesi bukan lagi hobi, mereka sering sekali melakukan riset riset tertentu. Dalam buku Aroma Karya Dee Lestari, misalnya. Mbak Dee melakukan riset ke pabrik Mustika Ratu untuk mengetahui pembuatan parfum. Bagaimana wangi, komposisi, dan pengemasan parfum itu di tempat produksinya langsung. Ada juga yang menyamar sebagai pekerjaan tokoh utama untuk mengetahui rasa secara nyata sang tokoh utama. Semua ditulis harus berdasarkan realitas, kecuali engkau seorang penulis cerita bergenre fantasi.
Saya percaya bahwa menulis, membaca, dan kegiatan literasi lainnya membawa kita pada komunitas yang lebih besar, sehingga menambah pertemanan.
Saya memiliki berbagai teman satu penulis favorit yang sama. Terkadang saat saya ikut seminar kepenulisan, saya bertemu orang-orang baru, orang-orang yang memiliki hobi yang sama dengan saya. Tak mengenal usia dan gender. Jadi, saya memiliki banyak cerita dari mereka. Rasa-rasanya selain dari sebuah komunitas pencinta gim, saya memiliki teman dari Aceh sampai Kalimantan dan Bali karena komunitas pencinta karya sastra.
Namun, sayangnya, di Indonesia sekarang karya-karya dari para penulis belum begitu dihargai dengan berkembangnya buku bajakan dan kurangnya apresiasi akan pemerintah padahal pendidikan juga merupakan perhatian dari negara dimana diselenggarakan Gerakan Literasi Sekolah yang belum efektif di beberapa sekolah. Harusnya, kalaupun efektif, kita bisa melahirkan penulis-penulis hebat yang karyanya bisa dipublikasikan dengan layak.
Buku adalah jendela dunia. Ketika kalian menulis, maka kalian seperti membuat sejarah baru, dan membuat sebuah jendela dunia bagi para pembaca. Jadi, untuk kalian yang masih mikir kalau untuk jadi seorang penulis harus orang-orang puitis itu adalah hal yang salah.
Penulis lahir dari pembaca yang tidak puas dengan sebuah buku. Maka, ia menulis sebuah karya berdasarkan apa yang ia inginkan.