Lihat ke Halaman Asli

SOUND OF ART πŸ‡²πŸ‡¨

Profesional DJ from Indonesia πŸ‡²πŸ‡¨ And Profesional Writer Editorial

Kue Lumpur Lapindo: Kelezatan di Balik Tragedi Lumpur Panas

Diperbarui: 21 Maret 2024 Β  19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tragedi Lumpur Lapindo yang terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 2006 telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Indonesia. Namun, di balik penderitaan dan kerugian yang ditimbulkannya, muncul sebuah kuliner unik yang terinspirasi dari kejadian tersebut, dikenal dengan sebutan "Kue Lumpur Lapindo".

Kue Lumpur Lapindo, seperti namanya, terinspirasi dari lumpur panas yang terus menerus memuncrat dari lubang sumur gas milik PT Lapindo Brantas di Sidoarjo. Meskipun asal-usulnya mungkin kontroversial bagi sebagian orang, kue ini telah menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia, terutama di daerah Jawa Timur.

Kue Lumpur Lapindo memiliki tekstur yang lembut dan kaya akan rasa. Bahan-bahan utamanya meliputi tepung terigu, gula, telur, santan, serta rempah-rempah seperti kayu manis dan cengkeh yang memberikan aroma yang khas. Kue ini kemudian dipanggang atau dikukus hingga matang dan siap disajikan.

Meskipun nama "Lapindo" masih menyisakan kenangan yang kelam bagi banyak orang, kue ini menjadi simbol perlawanan dan ketahanan masyarakat terhadap bencana alam. Sebagian orang melihatnya sebagai cara untuk mengubah tragedi menjadi sesuatu yang lebih positif dan produktif.

Selain sebagai camilan yang lezat, Kue Lumpur Lapindo juga menjadi media untuk mengingatkan akan pentingnya kelestarian lingkungan dan keselamatan dalam pengelolaan sumber daya alam. Melalui kreativitas dalam kuliner, masyarakat terus mengingat dan merayakan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam menghadapi tantangan.

Dengan adanya Kue Lumpur Lapindo, kita diingatkan bahwa di balik setiap tragedi, ada potensi untuk belajar, berkembang, dan menginspirasi. Seiring waktu berlalu, semangat untuk bangkit dari keterpurukan menjadi semakin kuat, dan kue ini tetap menjadi simbol keuletan dan ketahanan manusia dalam menghadapi cobaan alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline