Lihat ke Halaman Asli

Manajemen Konflik Kerja-keluarga: Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga pada Suami-istri yang Bekerja

Diperbarui: 29 April 2024   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Konsep keluarga mengalami perubahan seiring perkembangan zaman, dan konsep ini kini terbagi menjadi tradisional, modern, dan postmodern. Dalam keluarga tradisional, perempuan lekat dengan kegiatan domestik seperti pekerjaan rumah tangga, sementara laki-laki bekerja di sektor publik. Sedangkan dalam keluarga modern dan postmodern, keduanya memiliki kesempatan yang sama di sektor publik. Kesempatan ini didukung pula dengan adanya jaminan perlindungan hak pekerja perempuan yang diatur dalam undang-undang. Data BPS menunjukkan peningkatan partisipasi perempuan di sektor publik yang juga didorong oleh faktor ekonomi dan sosial-budaya. Namun, peningkatan partisipasi ini juga menimbulkan peran ganda bagi perempuan dalam keluarga, memengaruhi keseimbangan antara kehidupan kerja dan keluarga, serta menimbulkan konflik kerja-keluarga. Untuk itu, penting bagi keluarga dengan suami-istri bekerja untuk mengeksplorasi kemampuan pengelolaan konflik-kerja, dampak, dan tingkat kesejahteraan keluarga.

Ada banyak sekali kasus-kasus yang terkait dengan manajemen konflik keluarga pada kondisi keluarga dengan suami-istri yang bekerja. Hal ini disebabkan oleh kondisi peran ganda khususnya pada istri yang bekerja sehingga dapat menyebabkan konflik sederhana ataupun konflik kompleks dalam rumah tangga atau keluarga. Contoh dari kasus terkait konflik keluarga dengan suami istri bekerja adalah kasus perceraian antara Dominique Diyose dan Marshall Sastra. Perceraian mereka disebabkan karena kesibukan terkait pekerjaan yang dimiliki, dimana terlihat bahwa konflik kerja-keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kondisi kesejahteraan dan keharmonisan rumah tangga suatu keluarga. Selain itu, proses manajemen konflik kerja-keluarga yang tidak dapat berjalan dengan baik tentu dapat memengaruhi kondisi keharmonisan suatu keluarga. Pada kasus perceraian Dominique Diyose, seorang model cantik dan Marshall Sastra, kesepakatan perceraian antara keduanya terjadi karena keduanya tidak dapat membagi peran dan tanggung jawab terkait rumah tangga secara maksimal sehingga menyebabkan munculnya ketidakpuasan dalam rumah tangga yang berakhir kepada proses perceraian keduanya. Kemampuan pengelolaan konflik-kerja keluarga yang baik tentunya diperlukan bagi setiap keluarga khususnya pada suami-istri bekerja. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada lima responden, mayoritas sudah dapat mengelola konflik terkait tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab dalam keluarga. Selain itu, mayoritas responden juga sudah mencapai kesepakatan terkait pembagian kerja atau tugas terkait rumah tangga sehingga tidak merasa kesulitan terkait tugas dalam mengurus rumah tangga.

Dari analisis yang telah dilakukan dari lima responden sebagai sasaran didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa keluarga dengan suami dan istri bekerja masih memiliki tingkat kepuasan kesejahteraan keluarga yang tinggi, dilihat dari aspek kualitas waktu bersama, dukungan emosional, kesehatan keluarga, dan kesejahteraan finansial. Pembagian waktu yang baik memungkinkan keluarga untuk tetap terhubung meskipun sibuk dengan pekerjaan, sementara dukungan emosional yang kuat menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Maka, kesehatan fisik dan mental keluarga juga dapat dijaga dengan baik, meskipun dalam kesibukan mereka. Selain itu, kondisi finansial keluarga juga terjaga dengan pendapatan dari kedua belah pihak antara suami istri dan memberikan stabilitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta dapat merencanakan masa depan dengan baik. Akan tetapi, terdapat konflik kerja-keluarga pada keluarga dengan suami dan istri yang bekerja yang dapat menimbulkan sejumlah dampak yang signifikan. Dari kurangnya dukungan emosional hingga peningkatan stres dan penurunan kualitas hubungan, konflik tersebut dapat mengganggu kesejahteraan psikologis dan fisik pasangan. Pembagian tugas yang tidak merata dan kurangnya waktu bersama juga dapat merugikan keintiman dan hubungan emosional dalam keluarga. Untuk mengelola konflik tersebut, maka penting untuk mengidentifikasi tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga, serta menyusun strategi dan kebijakan yang mendukung kesejahteraan keluarga. Hal tersebut dapat diupayakan oleh keluarga  dengan melibatkan peningkatan komunikasi antar pasangan, peningkatan fleksibilitas waktu kerja, dan penyediaan fasilitas penunjang keluarga. Dengan melalui proses manajemen konflik yang efektif dalam keluarga maka diharapkan dapat terjadi peningkatan kesejahteraan keluarga, hubungan suami-istri yang lebih baik, dan kinerja kerja yang meningkat karena terciptanya keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dan keluarga.

Keluarga dengan dua penghasilan memberikan peluang untuk meningkatkan keuntungan finansial, namun tak dapat dipungkiri hal ini juga menghadirkan banyak tantangan. Dalam keluarga dual income, baik suami maupun istri memiliki peran sebagai pencari nafkah, yang memerlukan manajemen waktu dan peran rumah tangga yang baik. Tantangan utama dalam keluarga dual income adalah manajemen konflik kerja-keluarga, yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan keluarga jika tidak ditangani dengan baik.

Pengambilan keputusan dalam keluarga dual income cenderung dilakukan bersama, namun terdapat permasalahan seperti beban ganda bagi istri yang bekerja. Studi menunjukkan bahwa peran istri sebagai pengurus rumah tangga dan pengasuh anak dapat menjadi beban tambahan yang memerlukan strategi khusus dalam mengelola waktu dan peran tersebut. Strategi-strategi yang diperlukan antara lain membangun komunikasi yang baik antar anggota keluarga, manajemen waktu yang efektif, dan manajemen keuangan yang bijaksana.

Untuk mencapai kesejahteraan keluarga yang optimal dalam keluarga dual income, penting bagi anggota keluarga untuk membangun pemahaman yang baik, komunikasi yang efektif, serta manajemen yang bijaksana terhadap waktu, peran rumah tangga, dan keuangan. Dengan demikian, keluarga dengan dua penghasilan dapat mencapai keseimbangan yang baik antara kebutuhan pekerjaan dan keluarga, serta menjaga hubungan yang harmonis antar anggota keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline