Wisuda sering dikenal sebagai puncak dari perjuangan menempuh studi pendidikan dibangku perkuliahan, dimana pada masa inilah para mahasiswa dan mahasiswi merayakan kemenangan setelah perjuangan mengerjakan tugas skripsi, tesis, dan disertasi. Perayaan ini cukup berarti dan dilaksanakan dengan berbagai tradisi serta rangkaian acara.
Acara wisuda ini lambat laun sudah tidak terlihat begitu sakral seperti pada umumnya dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang ada baik nasional maupun internasional. Pada saat ini wisuda sudah ada dikalangan para pelajar SMA, SMP, bahkan sampai ke SD dan TK.
Bila dilihat dari segi perayaan tentu tidak salah dengan konsep wisuda, akan tetapi bila dilihat dari segi tradisi sakral, keuangan, rangkaian acara, dll sangatlah tidak cocok diterapkan untuk selain gelar sarjana atau diploma. Bila dilihat dari segi biaya acara wisuda yang pastinya membutuhkan rangkaian acara dan peralatan maka membutuhkan dana yang tidak bisa dikatakan sedikit, dana ini pastinya diambil dari keuangan para siswa atau keluarga dari siswa yang akan melaksanakan wisuda itu sendiri.
Perlu digaris bawahi bahwa tidak semua kalangan keluarga memiliki dana yang cukup untuk membayar kebutuhan wisuda anaknya yang dilaksanakan semenjak dari kecil. Belum lagi bila keluarga tidak memberikan uang untuk wisuda anaknya maka sanksi sosial bisa terjadi kepada anak mereka yaitu bullying karena tidak mengikuti rangkaian wisuda yang digadang gadang menarik dan membahagiakan bagi mereka.
Kebiasaan di Indonesia tentang sanksi sosial yang masih belum hilang pastinya akan berdampak bagi sosial si korban itu sendiri. Bagi korban sanksi sosial apalagi seorang anak pastinya akan sangat berat untuk menghadapi persoalan tersebut. Biasanya untuk anak-anak mereka akan memberikan ucapan-ucapan ketika bermain yang bisa berdampak pada korban yang tidak mengikuti wisuda sehingga sang korban tidak ingin bermain bersama dengan teman-teman yang menjadi pelaku pembullyan.
Dari banyak kalangan masyarakat mulai berharap agar wisuda bagi kalangan pelajar yang seharusnya belum ada agar ditinggalkan dan hanya diberlakukan bagi kalangan mahasiswa dan mahasiswi di tingkat universitas saja. Tentunya dengan berbagai alasan yang logis dari orang tua seperti kendala biaya dan kendala lainnya.
Banyak yang tentunya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki akses untuk merubah kebiasaan ini sebelum menjadi tradisi yang bisa merugikan banyak pihak di masa depan. Hal-hal yang bisa dilakukan mulai dari membuat kebijakan baru atau memberikan saran-saran untuk menggantikan posisi acara wisuda di kalangan para pelajar. Berikan sedikit ulasan kebijakan yang bisa menjadi referensi:
1. Memberikan Aturan
Bagi orang yang mempunyai akses untuk memberikan atau membuat kebijakan maka langkah yang bisa diterapkan adalah membuat kebijakan tentang aturan wisuda bagi kalangan pendidikan pelajar non diploma atau sarjana. Kebijakan ini bisa diterapkan agar menjadi kebaikan untuk keluarga pelajar agar tidak membebani keluarga para pelajar yang seharusnya belum wisuda menjadi harus ikut wisuda.
2. Memberikan Saran Untuk Merubah Wisuda