Lihat ke Halaman Asli

Nasywa Ibtisamah

manusia berjuta asa

Review Film Biografi "Bohemian Rhapsody", Caw ke Bioskop Sekarang!

Diperbarui: 6 November 2018   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Dari yang awalnya ngga ngerti siapa personil Queen, cuman ngerti segelintir lagunya, sampe sekarang lagu-lagunya masuk playlist Joox-ku , I must say that the film is so damn good. Brilliant. Unexpected. Bahkan, nggak ada kesempatan buat aku untuk bosen ngelihat layar bioskop. Apalagi ini bukan film yang aku tunggu-tunggu. Dimana secara psikis, bisa jadi nggak betah nontonnya. Sebelum nonton, gambaran film yang muncul di kepala mirip seperti drama musical yang dikit-dikit nyanyi. Iya kalo yang nyanyi cowoknya ganteng-ganteng macem Andrew Garfield gituyak, betah sih nontonnya. Nah ini cowok semua, mana gondrong-gondrong lagi. Terus karena aku nggak ngerti lagunya, jadi mbosenin dan nyesel nonton. TAPI TERNYATA ITU SAMA SEKALI NGGAK TERBUKTI. Beberapa review yang bisa aku sampaikan.

Pertama, untuk kalian-kalian yang nggak tahu siapa itu Queen, jangan gelisah kalo akan nggak faham jalan ceritanya. Film ini juga disiapkan untuk kalian yang tidak seberapa kenal Queen. Mungkin akan semakin meresapi ya kalo dia fans Queen. Tapi, meskipun bukan fans-pun tetap bisa mengikuti alur cerita. Siapa itu Freddy Mercury, bagaimana latar belakang dia, gimana cara dia bisa gabung di band dengan nama awal Smile, sampai dia menjadi bintang dengan segala kekayaan yang dimiliki. Semua dikupas habis dengan alur maju yang aku yakin gampang dipahami. Salut dengan kesuksesan aktor memainkan peran!

Kedua, aktornya mirip-mirip sumpa. Pas nonton, aku memang ngga seberapa tahu wajah aslinya. Tapi, setelah gooling memang mirip banget. Ini bakal memanjakan banget sih untuk mereka-mereka Queen Fans Club. Bahkan sampai kebiasaan-kebiasaan, kayak ngangkat dagu pas di panggung, melambainya, model pakaian yang digunakan, semua dikemas apik menggiring imajinasi penonton untuk seolah-olah kembali ke era 80-an. Kekaguman ini memuncak di akhir film yang menayangkan reka adegan Konser Live Aid tahun 1985 (you can search it on youtube). Penonton, cameramen, minuman diatas piano, semuanya persis. Gila sih ini.

Ketiga, ada beberapa hal yang membuat aku langsung kagum dengan sosok Freddie Mercury. Bisa dikatakan Freddie adalah aktor utama yang diceritakan detail dalam film ini, meskipun teman-teman bandnya juga turut menjadi sorotan. Freddie bukanlah sosok orang kaya yang tinggal tunjuk kalo ingin sesuatu. Dia pindahan dari India, dan bukan golongan Crazy Rich Indian. Jadi, menjadi sosok Freddie yang kini melegenda, tentu membutuhkan usaha yang luar biasa. Dengan fisik yang tidak sempurna, Freddie tetap percaya diri. Keberaniannya untuk unjuk bakat di depan band kafe yang ia kagumi, tentu bukanlah sesuatu yang mudah dilalui. Apalagi ayahnnya dengan kepribadian yang atos dan menginginkan ia menjadi seorang yang lurus hidupnya, nggak aneh-aneh. Tapi, dengan tekad luar biasa, Freddie berhasil menunjukkan bahwa ia mampu menjadi "seseorang". Dedikasi tinggi, semangat tidak berujung, dan berani mengambil risiko dengan tetap memiliki rencana (nggak grusah-grusuh) ialah beberapa sifat yang bisa saya petik dari Akang Freddie. Ia tidak malu dengan segala keanehan yang menempel pada dirinya, dan berani meyakinkan pada dunia bahwa aku pun bisa! Merinding sih asli.

Keempat, untuk kesekian kalinya membuktikan bahwa kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang. Sebenernya, aku tidak ingin menghakimi keputus-asaan seseorang. Karena kesedihan, depresi, dan mental illness bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Namun, alangkah baiknya jika kita mengambil pelajaran dari mereka-mereka, untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Freddie, seseorang yang dielu-elukan banyak orang, semua masyarakat dari penjuru dunia mengenalnya, namun ia tetap merasa kesepian. Sebagai orang biasa-biasa aja, akan terbesit di hati "enak ya hidup dia. Disapa-sapa orang. Dihormati orang. Siapa coba nggak kenal dia". Tapi pada kenyataannya, dia masih kesepian. Kepedihan semakin menjadi-jadi dengan sebuah fakta bahwa Freddie dimanfaatkan oleh orang-orang sekitarnya. Pelajaran juga untuk saya pribadi bahwa tidak mencari uang untuk mendapatkan kebahagiaan. Tetap bersyukur dengan kehidupan saat ini gaes agar kebahagiaan itu dateng sendiri nggak dicari. Susah lo ini belajarnya, karena secara naluriah manusia itu kompetitif. Membanding-bandingkan dengan orang lain. Ya, belajar pelan-pelan.

Kelima, efek samping yang ditimbulkan usai menonton film ini adalah: semakin ingin mengenal Queen. Yap, film ini juga mengupas tentang bagaimana proses pembuatan musik. Perdebatan, pertengkaran, dan kerja sama luar biasa dari para personil, berhasil memanjakan telinga Queen Fans Club. Tiap lagu yang dibuat memancing emosional pendengar. Emosi disini, tidak selalu yang marah-marah ya. Pesannya nyampe, gitulah intinya. Semua dipikirkan, mulai dari lirik, nada, dan detail-detail kecil seperti backsound.  Coba deh, dibaca-baca lirik lagunya Queen, dalem-dalem asli. Contoh, lagu We Are The Champions yang dirilis tahun 1975, sampe sekarang tetep jadi lagu wajib yang disetel untuk acara-acara perlombaan.

Yap, secara keseluruhan Bohemian Rhapsody masuk kategori good movies to watch this year!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline