Lihat ke Halaman Asli

Nasywa Anastasya Kirana

Universitas Airlangga

Dari Sisa Menjadi Sumber: Pengolahan Limbah Makanan dengan Takakura

Diperbarui: 21 Desember 2024   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Kompos di Rumah Kompos UNAIR hasil metode Takakura

Masalah limbah makanan di Indonesia telah menjadi perhatian besar. Setiap tahunnya, rata-rata seorang warga Indonesia menghasilkan sekitar 300 kg sampah makanan, menempatkan negara ini di peringkat kedua dunia dalam hal jumlah food waste (Hermanu, 2022). Jumlah ini tidak hanya mencerminkan pemborosan sumber daya, tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti meningkatnya emisi gas metana dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar untuk menjadikan limbah makanan sebagai sumber daya yang bermanfaat. Salah satu caranya adalah melalui pengolahan limbah menjadi kompos menggunakan metode Takakura. Metode ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mudah diterapkan, terutama di lingkungan rumah tangga.

Apa Itu Metode Takakura?

Metode Takakura adalah teknik pengomposan yang dikembangkan di Jepang, menggunakan mikroorganisme alami untuk mengurai limbah organik, seperti sisa makanan. Proses ini menghasilkan kompos berkualitas tinggi yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Keunggulan metode ini terletak pada kesederhanaannya, sehingga cocok untuk diterapkan di rumah tangga, sekolah, atau komunitas.

Dengan mengubah sisa makanan menjadi kompos, limbah yang biasanya berakhir di TPA dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah. Selain itu, metode ini membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, yang menjadi salah satu penyumbang utama perubahan iklim.

Manfaat dan Tantangan di Indonesia

Menggunakan metode Takakura memberikan sejumlah manfaat signifikan. Selain mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA, hasil dari pengolahan ini dapat mendukung pertanian organik yang lebih berkelanjutan. Petani juga dapat menghemat biaya pupuk kimia dengan menggunakan kompos alami.

Namun, tantangan terbesar adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan limbah makanan. Banyak orang yang masih memandang sisa makanan sebagai sesuatu yang tidak berguna, tanpa menyadari potensi besar yang dimilikinya. Selain itu, tidak semua rumah tangga memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menerapkan metode ini, terutama di daerah terpencil.

Pemerintah dan organisasi lingkungan memiliki peran penting untuk memberikan edukasi, menyediakan alat sederhana seperti tempat kompos, dan memberikan pelatihan tentang pengolahan limbah makanan. Dengan langkah-langkah ini, masyarakat dapat lebih mudah memulai pengolahan limbah di rumah masing-masing.

Pendidikan sebagai Kunci Keberhasilan

Pengelolaan limbah makanan juga harus menjadi bagian dari pendidikan lingkungan. Dengan memperkenalkan metode Takakura kepada siswa sejak dini, kita dapat membangun kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan. Sekolah dapat menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah makanan, misalnya melalui proyek pengomposan yang melibatkan siswa secara langsung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline