Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Darurat Deflasi

Diperbarui: 17 Oktober 2024   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahun ini, Indonesia mencapai penurunan bulanan deflasi sebesar 0,03% dibulan Mei, serta sebesar 0,08% dan 0,18% dibulan Juni dan Juli 2024. Di Indonesia, meskipun inflasi merupakan factor terpenting, masalah deflasi tidak boleh diabaikan. Deflasi dapat merusak stabilitas ekonomi dan menganggu kesejahteraan sosial. Apa itu deflasi? Mengapa banyak orang menganggap penyusutan ekonomi adalah sebuah ancaman?

Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Menurut BPS, deflasi adalah fenomena adanya penurunan harga suatu barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu yang ditunjukan dengan turunnya beberapa indicator pada kelompok harga. Indeks harga konsumen (IHK) merupakan indikator utama yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. Perubahan IHK dari waktu ke waktu akan menggambarkan deflasi dan inflasi negara tersebut.

Dalam buku Ekonomi Moneter (2024) karya Riana Anggraeny Ridwan dkk dijelaskan tentang permasalahan spiral deflasi. Penurunan harga akan menyebabkan penurunan kinerja. Lebih sedikit pekerjaan berarti lebih sedikit uang. Harga yang lebih rendah menyebabkan permintaan yang lebih rendah, dan penurunan permintaan menyebabkan harga barang dan jasa turun. World Economic Forum juga menyebut bahwa penurunan harga akan memperburuk kelemahan ekonomi dan bahkan menyebabkan resesi.

Deflasi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor utama. Salah satu penyebab utama menurunnya permintaan agregat, adalah menurunnya daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa. Jika pendapatan masyarakat tidak bertambah atau berkurang maka konsumsi juga akan menurun. Hal ini memaksa produsen menurunkan harga untuk terus menrik permintaan konsumen. Penurunan permintaan ini dapat disebabkan oleh pengangguran, ketidakpastian perekonomian, atau kebijakan fiskal yang kurang stimulatif.

Selain itu, kebijakan moneter yang lebih ketat, seperti suku bunga yang lebih tinggi, juga dapat menurunkan deflasi. Suku bunga yang tinggi mengurangi insentif untuk berinvestasi atau meminjam, yang pada akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi. Jika Bank Indonesia tidak fleksibel dalam kebijakan moneternya, aktivitas ekonomi akan melambat dan harga akan turun.

Meskipun deflasi memiliki dampak seperti harga yang rendah mungkin tampak baik bagi konsumen, konsekuensi jangka panjang dari deflasi bisa sangat merugikan. Salah satu efek yang paling mengkhawatirkan adalah penundaan konsumsi. Ketika harga terus turun, konsumen menunda pembelian dengan harapan harga akan turun lebih jauh. Akibatnya, aktivitas ekonomi melambat, yang memperburuk kondisi deflasi.

Deflasi juga dapat meningkatkan pengangguran. Ketika permintaan terhadap barang dan jasa menurun, pendapatan perusahaan menurun. Untuk bertahan, mereka mungkin akan mengurangi produksi atau memberhentikan karyawannya. Pengangguran yang tinggi memperburuk keadaan perekonomian karena daya beli masyarakat menurun.

Dampak lainnya adalah meningkatnya beban utang. Ketika harga barang dan jasa turun, nilai mata uang secara relatif meningkat. Namun, nilai utang masih tinggi sehingga menyulitkan dunia usaha dan individu untuk melunasi utang. Kondisi ini dapat memperburuk masalah keuangan dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Terdapat strategi untuk mengatasi penurunan deflasi, sebaiknya pemerintah dan Bank Indonesia bertindak cepat dan tepat. Salah satu solusinya adalah kebijakan moneter ekspansif, seperti menurunkan suku bunga untuk menjaga kredit lebih terjangkau dan mendorong masyarakat dan dunia usaha untuk berinvestasi dan membelanjakan uang. Hal ini membantu meningkatkan permintaan agregat. Pemerintah juga dapat memperkuat kebijakan fiskal dengan meningkatkan belanja negara. Proyek infrastruktur, program bantuan sosial dan insentif perpajakan bagi industri tertentu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian.

Selain itu, menjaga komunikasi yang baik antara pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat juga perlu dijaga untuk menghindari ketidakpastian. Kebijakan yang transparan dan terkoordinasi dapat menghindari ketakutan berlebihan dan mendorong perekonomian yang sehat.

Kesimpulan yang dapat diambil deflasi merupakan masalah serius dalam perekonomian Indonesia. Jika tidak segera diatasi dengan cepat, hal ini akan berdampak lebih besar terhadap kondisi social ekonomi, termasuk meningkatnya pengangguran dan memburuknya krisis utang. Oleh karena itu, Tindakan kebijakan yang proaktif dan terkoordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia sangat penting untuk menjaga stabilitas perekonomian dan mencegah resiko krisis deflasi yang lebih dalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline