Alea, seorang gadis berusia enam belas tahun, selalu memiliki impian untuk mendaki Gunung Semeru. Setiap malam, ia membayangkan pemandangan indah dari puncak gunung itu dan rasa pencapaian yang akan ia rasakan. Namun, tubuhnya yang lemah sering kali menghalanginya untuk melakukan aktivitas fisik.
Meskipun sering sakit, Alea tetap bersikeras untuk mendaki gunung itu. Dengan tekad yang kuat, ia mulai berlatih setiap hari. Ia berlari di sekitar desanya, melakukan olahraga, dan mengatur pola makannya. Teman-temannya, Rina dan Budi, awalnya meragukan niatnya. "Alea, kamu yakin? Kondisimu tidak sekuat itu," ujar Rina.
"Aku harus mencoba. Ini adalah mimpiku," jawab Alea dengan penuh semangat.
Setelah berbulan-bulan berlatih, hari pendakian pun tiba. Bersama Rina dan Budi, Alea berangkat pagi-pagi sekali. Saat mereka mendaki, Alea merasakan kelelahan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Namun, semangatnya tidak padam. Ia terus melangkah, membayangkan betapa indahnya pemandangan dari puncak.
Setelah berjam-jam mendaki, mereka tiba di sebuah pos. Alea merasa pusing, tetapi ia tetap memaksakan diri untuk melanjutkan. Rina dan Budi mulai khawatir. "Kita bisa istirahat, Alea. Kita tidak perlu terburu-buru," kata Budi.
"Tidak! Aku ingin sampai puncak!" teriak Alea, terlalu terobsesi untuk meraih mimpinya.
Mereka melanjutkan pendakian, tetapi semakin tinggi, semakin berat perjalanan itu. Alea mulai merasa tidak enak badan. Nafasnya terengah-engah dan jantungnya berdebar kencang. Rina dan Budi mendesaknya untuk kembali, tetapi Alea menolak.
Akhirnya, mereka mencapai puncak. Alea melompat dengan gembira, tetapi kegembiraannya tak bertahan lama. Tiba-tiba, ia terjatuh, pusing dan lemas. Rina dan Budi segera menghampirinya, tetapi Alea sudah tidak bisa bangkit.
"Bawa aku pulang," bisik Alea, wajahnya pucat.
Sementara Rina dan Budi berusaha menenangkan dan mencari bantuan, Alea terkulai lemah. Ia merasa sakit di seluruh tubuhnya. Pandangannya semakin kabur.
Saat tim penyelamat tiba, Alea sudah tidak sadarkan diri. Mereka membawanya turun dari gunung, tetapi sayangnya, semua terlambat. Alea menghembuskan nafas terakhirnya di tengah perjalanan, meninggalkan impian yang tak pernah terwujud sepenuhnya.