Bunda, dalam relung jiwa ku kau adalah mentari yang terbit dari timur menyinari kehidupan ku dibumi ini. Tiap pagi kusambut wejangan wejangan yang penuh dengan kasih sayang. Wejangan itu menggantikan wejangan ayah yang tak pernah lagi ku dengarkan semenjak pemilik sebenarnya telah memanggilnya. Kadang kala aku bosan mendengarkan wejangan itu. Dan tak ku pungkiri terkadang juga aku bosan mendengarkan omelan-omelan yang terlontar dari mulut mu. Tapi itu dulu sebelum peristiwa yang kualami terjadi.
Aku ingat saat pertama aku masuk disekolah dasar. Saat itu engkau yang mengantarku kesekolah pertama kalinya. Aku lihat orang tua yang lain juga mengantar anak anaknya. Mereka menggunakan pakaian yang bagus bagus. Namun hanya engkau yang menggunakan pakaian seadanya. Pakaian yang kau gunakan tidak lebih bagus dari pakaian tukang bersih bersih disekolah waktu itu.
Waktu itu aku sangat pemalu. Aku malu dengan anak anak yang lain. Sampai sampai aku menangis minta untuk pulang saja. Karena aku takut jika aku masuk dalam kelas engkau pulang dan meninggalkan ku sendiri dengan orang orang yang tidak aku kenal. Namun kau tetap menuntunku masuk kedalam kelas dan berkata “kalau kamu masuk nanti ibu belikan permen”. Dengan iming iming permen aku bersedia masuk dalam kelas walau dengan rasa takut. Kenangan itu sangat melekat diingatanku dan tidak akan pernah aku lupakan.
Dimasa yang lain engkau pernah mengajakku untuk membantu mu mengerjakan tugas yang diberikan oleh majikan rumah tempat ibu bekerja. Dengan tanpa basa basi aku ikut membantu pekerjaan mu. Kulihat dari raut wajahmu kau begitu gembira dengan bantuan dari ku. Saat itu aku berpikir “ibu pasti bangga punya anak seperti saya, hehehe”
Masa itu memang indah. Masa dimana aku bersedia melakukan apapun yang kau perintahkan. Masa yang tidak akan pernah hilang dari ingatanku
Mungkin engkau masih ingat bunda, saat itu saat umur ku meranjak 17 tahun. Dimana kata orang masa muda sedang berapi api seperti kata rhoma irama. Masa remaja yang tidak ingin aku lewatkan begitu saja tanpa pengalaman pengalaman hidup. Aku ingat betul saat itu kelas 3 SMA. Aku bersama teman teman sepergaulan ku sering berkumpul ditempat yang kami sebut basecamp. Tempat itu sebenarnya adalah rumah Riko. Orang tuanya bekerja diluar kota tapi Riko lebih memilih tidak ikut dengan orang tuanya tinggal diluar kota dengan alasan dia tidak ingin berpisah denganku dan kedua temanku. Aku bersama 3 orang sahabatku tak pernah melewatkan hari hari tanpa berkumpul di basecamp itu.
Suatu ketika seorang pria datang kebasecamp kami bunda. Orang itu kurus seperti tidak makan beberapa minggu. Dia datang memberikan kami sebuah bungkusan pelastik hitam kecil. Setelah kami periksa ternyata isinya adalah obat obatan. Saat itu dengan ketidaktahuan kami mengikuti apa yang dia katakan. Dia bilang kalau obat itu sangat enak ketika dimakan. Obat itu bisa membuat seseorang serasa melayang disurga. Dan ternyata benar, saat kami mencobanya kami terasa melayang disurga. Dan saat itu pula kami mulai terjerumus dalam lingkaran setan
Hari hari kulalui dengan obat obatan itu. Saat itu kami tidak tahu bahwa obat itu bernama narkoba. Obat terlarang dan bisa melanggar hukum jika memiliki dan menggunakannya. Tapi kami tetap saja menggunakannya. Kami bertiga berusaha mencari orang itu dan membeli obat yang pernah dia berikan. Bahkan dengan berani kami mencuri dan menjambret tas orang hanya untuk mendapatkan uang untuk membeli narkoba itu.
Bunda, sungguh aku ini anak yang sangat berdosa pada mu. Karena waktu itu aku selalu menuntutmu untuk memberikan uang padaku agar aku bisa membeli obat terlarang itu. Bahkan aku pernah menamparmu karena tidak memberikan uang padaku. Aku ini sungguh berdosa bunda. Dosa dosaku mungkin tidak akan pernah terampuni lagi.
Semakin lama sikap ku pada mu semakin tidak karuan. Selalu saja kau bertanya ada apa dengan ku, tapi aku selalu membentak mu. Tiada hari tanpa marah pada mu bunda. Tidak ada lagi rasa bangga yang aku agung agungkan seperti waktu itu.. Sungguh dosa besar yang tidak pernah akan terampuni.
Aku selalu menyembunyikan soal obat obatan itu dari mu. Yang kubutuhkan saat itu hanya lah uang untuk membeli obat yang membawaku ke surganya para setan dan iblis itu. Aku tidak pernah memikirkan bagaimana engkau mendapatkan uang untuk hidup sehari hari dan untuk biaya sekolahku. Padahal waktu itu engkau bersusah payah mencari uang dengan menjadi pembantu dirumah orang.
Saat itu aku terus mencoba mencari cara agar aku mendapatkan uang. Dan ketika itu aku bersama sahabatku mencoba merampok sebuah rumah. Dan rumah yang aku rampok itu adalah rumah tempat dimana kau bekerja. Pemilik rumah itu sangat senang dengan adanya bunda bekerja dirumahnya. Tapi semua berubah ketika aku tertangkap basah sedang merampok rumah majikan ibu. Akibat perbuatan ku kau dipecat oleh pemilik rumah yang telah mempercayaimu bertahun tahun lamanya. Dan aku pun tertangkap seorang diri. Semua teman temanku berhasil melarikan diri. Orang yang pertama menjengukku waktu itu adalah kau bunda. Engkau menangis meminta polisi untuk melepaskan ku. Tapi mereka tidak peduli. Perbuatan jahatku tidak bisa diampuni lagi.
Saat itu aku menangis menyesali perbuatanku yang penuh dengan dosa. Melihat mu menangis meminta polisi membebaskan ku aku teringat saat aku menangis karena takut masuk kelas waktu SD dulu. Yang paling aku sesali adalah dosa ku padamu. Dosaku padamu sudah pasti tidak akan terampuni lagi. Pintu surga yang selama ini tidak aku sadari telah tertutup. Semua tinggal penyesalan.
12 tahun setelah kejadian itu aku masih menyesali perbuatanku. Aku berkunjung kesekolah tempat pertama kali kau mengantarku. Semua ingatan itu mencuat kedalam hatiku. Membuatku meneteskan air mata penyesalan yang tak ada habisnya. Aku mencoba mencari toko tempat dimana kau membelikan ku permen untuk pertam kalinya. Dan kudapatkan permen itu. Permen itu persis yang kau berikan pernah. Berwarna merah dengan batang tongkat pelastik berwarna putih. Namun saat ku coba lidah ku terasa pahit merasakan permen itu. Karena waktu itu aku mengingat dosa dosaku pada mu
Selain itu aku berkunjung kerumah majikan tempat bunda bekerja dulu. Aku kesana untuk meminta maaf atas apa yang telah aku lakukan 12 tahun yang lalu. Perbuatan yang tak sepatutnya aku lakukan. Perbuatan akibat lingkaran setan yang menjerumuskan ku pada penyesalan tiada ujung. Dan terakhir aku sampai dimakam mu bunda. Aku tidak mampu menahan air mata ku. Semua tercurahkan saat ku ingat dosa dosaku. Saat aku menamparmu sampai terjatuh. Saat aku memarahimu dan membentakmu dengan keras. Saat aku tak pernah peduli dengan perkataan dan wejangan yang selalu kau berikan. Kenangan itu adalah kenangan pahit yang selalu terbawa dalam mimpi ku. Seakan aku tak pernah tenang jika aku belum bertemu dan meminta maaf atas apa yang telah aku lakukan pada mu. Tapi apa daya. Semua telah terjadi. Sang pemilik sebenarnya telah membawa kembali miliknya. Milikku yang berharga telah tiada. Surga yang telah aku sia siakan. Ya Allah, adakah surge untuk ku jika kau memanggilku nanti. Bunda, apakah aku bisa masuk kedalam surga setelah apa yang telah aku perbuat selama ini. Dosa dosa yang tidak ada habisnya, dosa dosa yang selalu aku bawa dalam hidupku.
Kini hanya doa yang selalu aku panjatkan. Dan kini aku sangat rindu wejangan mu itu. Bahkan omelan omelan mu masih teringat dalam pikiranku. Terkadang ketika aku mengingat omelan itu bukan rasa bosan yang aku rasakan akan tetapi rasa rindu yang memuncak dalam hatiku
Aku rindu pada mu bunda, bisakah engkau membaca ceritaku ini ? cerita singkat yang penuh dengan penyesalanku. Aku tidak bisa menahan air mataku jika aku mengingatmu bunda. Maafkanlah anakmu yang tak berguna ini. Engkau adalah insan yang terbaik didunia ini. Aku selalu mencintaimu bunda.
---------------------------------------------------------------
untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Hasil Karya Peserta Event Hari Ibu. Ini link-nya: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/12/22/untukmu-ibu-inilah-karya-peserta-fiksi-hari-ibu-bersama-studio-kata-618551.html
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community di http://www.facebook.com/groups/175201439229892/!
Terimah kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H