Generasi Z, atau Gen Z, adalah kelompok yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka dikenal sebagai generasi digital pertama, yang tumbuh dengan akses internet dan teknologi digital sejak usia muda. Karakteristik utama Gen Z meliputi kemampuan tinggi dalam menggunakan teknologi, pragmatisme, serta perhatian terhadap isu sosial dan lingkungan. Mereka cenderung mandiri, kolaboratif, dan menghargai keaslian serta fleksibilitas dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun memiliki banyak potensi, Gen Z juga menghadapi tantangan seperti kesehatan mental yang dipengaruhi oleh penggunaan media sosial dan tekanan untuk memenuhi standar sosial yang tinggi.
Media sosial telah menjadi salah satu sarana komunikasi yang paling populer. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), hampir seluruh anak muda di Indonesia memiliki media sosial.
Media sosial menjadi salah satu hal yang menyebabkan menculnya citra diri, yang kemudian mempengaruhi bagaimana seseorang merasa, berfikir, memandang dan memperlakukan diri mereka sendiri. Namun disamping itu media sosial juga dapat menciptakan citra diri positif dan negatif.
Citra diri negatif dapat mengakibatkan gangguan terhadap seseorang jika terlalu lama dibiarkan dan tidak disembuhkan, seperti depresi bahkan kematian. Untuk dapat terhindah dan menyembuhkan dampak dari citra diri negatif itu sebenarnya mudah, seseorang hanya perlu membangun dan mengembangkan citra diri positif yang ada di diri mereka. Karena dengan membangun dan mengembangkan citra diri positif menjadikan seseorang lebih percaya diri dan beryukur, sehingga mereka dapat menerima apapun keadaan bentuk tubuh mereka.
Dampak Positif Media Sosial
1.Platform Mengekspresikan Diri
Generasi Z, yang merupakan kelompok yang tumbuh di era digital, memanfaatkan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk berbagi karya seni, musik, dan berbagai bentuk konten kreatif lainnya. Menurut penelitian, lebih dari 85% remaja dari generasi ini menggunakan platform-platform tersebut secara rutin. Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan tetapi juga sebagai alat untuk berbagi dan mengembangkan ide-ide kreatif. Selain itu Media sosial memberi Generasi Z kesempatan untuk mengekspresikan identitas dan pandangan mereka dengan cara yang autentik. Mereka cenderung membagikan konten yang mencerminkan diri mereka yang sebenarnya, termasuk tantangan dan keberhasilan dalam hidup.
2.Membangun Komunitas Online
Generasi Z menggunakan platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter untuk membangun komunitas yang inklusif. Mereka dapat menemukan dan terhubung dengan orang lain yang memiliki minat serupa, baik itu dalam bidang seni, musik, mode, atau isu sosial. Survei menunjukkan bahwa sekitar 85% dari responden Gen Z aktif menggunakan media sosial untuk terhubung dengan teman dan memperluas jaringan sosial mereka. Media sosial juga menyediakan ruang bagi Generasi Z untuk berdiskusi tentang berbagai topik penting. Mereka sering kali menggunakan platform ini untuk berbagi pengalaman pribadi dan mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan hidup. Hal ini menciptakan lingkungan di mana individu merasa lebih diterima dan didengar, terutama dalam konteks isu-isu yang sensitif seperti kesehatan mental dan identitas.
3.Alat untuk Pengembangan Diri
Penggunaan media sosial untuk self-branding memungkinkan individu untuk menciptakan citra positif di mata orang lain. Dengan membagikan pencapaian, kemampuan, dan bakat mereka, pengguna dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi. Proses ini juga mendorong mereka untuk lebih aktif dalam mengejar tujuan pribadi.
Dampak Negatif Media Sosial
1.Perbandingan Sosial
Generasi Z cenderung membandingkan diri mereka dengan teman-teman dan influencer di media sosial. Paparan terus-menerus terhadap standar kecantikan yang ditetapkan oleh orang lain dapat menimbulkan perasaan rendah diri dan ketidakpuasan terhadap tubuh mereka sendiri. Ketika mereka melihat orang lain mendapatkan perhatian atau pujian berdasarkan penampilan, mereka mungkin merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Perbandingan ini sering kali berdampak negatif pada kesehatan mental. Banyak remaja mengalami kecemasan, depresi, dan gangguan makan akibat tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis. Penelitian menunjukkan bahwa remaja perempuan, khususnya, lebih rentan terhadap ketidakpuasan tubuh dan masalah kesehatan mental yang terkait dengan citra diri.
2. Cyberbullying
Generasi Z juga dapat menghadapi cyberbullying jika mereka tidak memenuhi standar kecantikan yang diharapkan. Komentar negatif dan perundungan di media sosial dapat memperburuk perasaan rendah diri dan meningkatkan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik mereka. Hal ini menciptakan siklus di mana individu merasa semakin tidak berharga jika tidak sesuai dengan citra ideal yang dipromosikan secara luas. Cyberbullying dapat menyebabkan penurunan harga diri yang signifikan. Ketika remaja terus-menerus dibully secara online, mereka mulai meragukan nilai diri mereka dan merasa kurang berharga dibandingkan dengan orang lain. Sekitar 41% dari Gen Z melaporkan mengalami rendahnya harga diri akibat pengalaman negatif di media sosial. Hal ini dapat memicu siklus ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan memperburuk kondisi mental mereka.