Lihat ke Halaman Asli

Penyebab, Dampak, dan Upaya Penanggulangan Stunting untuk Masa Depan Anak

Diperbarui: 22 November 2024   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama              : Naswa Aulia Saputri

Kelas               : 1B

NIM                : P1337421024026

Mata Kuliah  : Bahasa Indonesia

Dosen              : Agus Riyanto M.Pd

 

Penyebab, Dampak, dan Upaya Penanggulangan Stunting untuk Masa Depan Anak 

A. PENDAHULUAN

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan (Hoffman et al, 2000; Bloem et al, 2013). Stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dibandingkan dengan standar usia dan jenis kelaminnya. Stunting dapat disebabkan oleh kekurangan nutrisi, infeksi, dan faktor lingkungan lainnya.

Di Indonesia, stunting menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi, meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya. Stunting memengaruhi tidak hanya perkembangan fisik anak, tetapi juga kognitif dan kemampuan belajar mereka, yang pada akhirnya dapat memengaruhi produktivitas mereka di masa depan.

Stunting pada anak dapat menimbulkan berbagai dampak yang mempengaruhi kesehatan dan perkembangan mereka. Anak yang mengalami stunting biasanya mengalami gangguan pertumbuhan fisik, seperti tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan anak seusianya. Hal ini juga dapat memengaruhi perkembangan motorik dan kognitif mereka, menyebabkan keterlambatan dalam berbicara, berjalan, atau berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, anak yang stunting lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka lebih lemah. Kondisi ini juga dapat menyebabkan anak lebih mudah merasa lelah dan tidak aktif, yang akhirnya menghambat aktivitas sehari-hari mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline