Lihat ke Halaman Asli

Tentang Rindu, Chapter 3: Membujuk Rindu

Diperbarui: 24 Mei 2017   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pemudi membujuk rindunya.
Si rindu yg tetap bersikukuh
Tidak tahu diri.
Ia tidak menginginkan es krim, seperti gadis berusia 5 tahun yang kehilangan boneka.
Tidak juga sebuah playstation,
Seperti anak lelaki yg kehilangan sepatu bola favoritnya.
Apalagi coklat.
Tak sopan.
Si rindu tidak mengindahkan pemiliknya.
Si rindu hanya menginginkan pertemuan.

Sial.
Si pemilik kalah.
Jemarinya kaku,
Mulutnya terkunci,
Tenggorokannya tercekat,
Sakit.
Namun tetiba, angannya berlari-lari.
Memungut sisa-sisa percakapan kemarin.
Mengumpulkan sajak-sajak romantis.
Ah iya,
Ada suara gema.
Hatinya menggema dihadapan sajadah.
Ia punya bumerang untuk si rindu.
Doa.
Doa-doanya telah sanggup membelenggu rindunya.
Katanya,
Tenanglah. Diam saja.
Izinkan aku, doa-doamu yg merangkak, berlari, terbang, sekencang-kencangnya.
Kepada Sang Pemilik hati.
Bukan untuk berdebat, apalagi menawar.
Tapi,
Memohon pada-Nya,
Mengemis Kemurahan-Nya,
Agar rindu yg sanggup bersabar, mendapat kemenangan.[caption caption="rebloggy.com/post/love-photography-girl-black-and-white-tumblr-fashion-beautiful-hipster-vintage-i/77054454147"][/caption]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline