Lihat ke Halaman Asli

Mencintai Mengajar dan Mengajar Penuh Cinta

Diperbarui: 9 Agustus 2016   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Mengajar penuh cinta, Sumber : http://indiaopines.com/teaching-teacher-important/

Mencintai identik dengan perasaan personal- orang dengan orang. Lalu bisahkah mencintai suatu aktifitas atau pekerjaan tertentu? Yup, bisa banget. Ada pepatah mengatakan, jika kau mencintai pekerjaanmu, maka kau akan melakukannya dengan penuh cinta.

Yang akan kita bicarakan tentang cinta hal ini adalah kecintaan saya pada mengajar. Saya bukan seorang mahasiswa yang tengah aktif kuliah Pendidikan Guru, TK, Matematika, atau bidang keilmuan lainnya, bukan. Apalagi seorang guru, jelas bukan. Saya hanya seorang Mahasiswa Pertanian. Tapi awal mula kecintaan saya dengan mengajar dimulai saat kelas 12 SMA. Sebenarnya bukan cinta sih, tapi lebih ke arah senang melakukannya. Bukan mengajar murid SMP, SD, atau TK, tetapi mengajar teman saya sendiri.

Berawal dengan rasa keprihatinan saya ketika mendekati Ujian Nasional (UN) yang tinggal menghitung minggu saja. Banyak teman-teman saya yang mengeluhkan bab-bab dalam pelajaran yang kurang dimengerti.  Daripada mereka memanggil-manggil saya minta contekan saat UN, yang pastinya akan mengganggu konsentrasi saya, mending saya membuat mereka paham dengan pelajaran agar mereka bisa mengerjakan sendiri tanpa mengganggu orang lain. Alasan kecilnya sebenarnya seperti itu. Ketika saya menawarkan untuk membuka kelas setiap sepulang sekolah, dengan senang hati mereka meng-iya-kan tawaran saya. Oke, dan.. kelas dimulai.

Kalian tau yang membuat saya senang itu apa? Ketika mereka menghampiri saya setelah mengerjakan soal, dan mengatakan “Hei, soal yang model ini tadi aku bisa menyelesaikannya, jawabannya ini kan? Yess.. berarti gue bener.” Itu hal yang paling menyenangkannya.

Dari hal kecil itu, terus berlanjut sampai sekarang. Sehingga, sudah setahun yang lalu dan sampai saat ini saya menjadi pengajar privat SMP disalah satu lembaga bimbingan belajar di Malang, sambil nyambi kuliah gitu maksudnya. Dan berharap juga semoga ilmunya nggak hilang gitu aja.

Itu baru cerita tentang kecintaan dengan aktivitas mengajar. Lantas bagaimana dengan mengajar penuh cinta? Ceritanya dimulai saat liburan semester yang terhitung sangat lama untuk ukuran mahasiswa. Karena mengetahui saya sedang libur kuliah, beberapa tetangga saya memanfaatkan kondisi itu. Dasar, tukang manfaatin hidup orang? Awas lu.. Hehehe.. nggak-nggak, bercanda guys.

Yup, karena tau saya di rumah, mereka mengamanahkan putra-putri mereka untuk diajar sama saya. maksudnya belajar gitu lo. Oke, dengan senang hati saya menerima amanah tersebut. Toh saya juga nganggur kalo malam hari. Bervariasi sih, ada yang kelas 5 SD, 4 SD, TK juga ada. PR besar buat saya? gimana mau ngajar murid dengan gender dan usia sekolah yang bervariasi kaya warna pelangi tersebut disatu tempat, yakni di rumah saya? Gimana sob.. gimana? Ada yang mau gantiin saya?

Calm girls, kita pasti bisa mengatasinya. Yang SD otomatis masalahnya tentang PR sekolah, dan yang TK masalahnya dengan membaca. “Oke, Mbak Ini dan Mas Itu mengerjakan PR nya masing-masing dulu, nanti kalo sudah kita koreksi bersama, dibaca bukunya ya.. semua jawabannya ada dibuku”. Pinta Saya. Selanjutnya si Kecil TK mari kita hajar.. maksudnya mari kita prioritaskan. Saya mengajarinya membaca, berikut dengan mimik muka dan monyong bibir yang atraktif biar gampang diinget sama si dia. Sesekali kalo dia bisa menirukan saya, pujian manis juga tidak segan-segan saya lontarkan. Kadang juga mengajak tepuk tangan untuk menikmati keberhasilan kecilnya.

Beberapa detik juga kadang merepotkan saya ketika murid SD menanyakan soal yang tidak bisa dan beralasan tidak ada jawabannya dibuku. “Sebentar, coba ayo dibuka bareng kakak bukunya. Lah ini ada jawabannya.” Ucap saya sekaligus menolak keputus-asaannya tadi.  Sambil mendoktrin mereka “kalo mau nyari jawabannya pasti ketemu, ayo coba lagi”.

Saya sangat menikmati semua itu. Beralih ke si Kecil TK yang konsentrasinya buyar karena peristiwa tadi. Pelan-pelan saya mulai mengembalikan konsentrasinya lagi. Sesekali Sang Ibu yang menungguinya menengok untuk memastikan putrinya menikmati suasana dan guru barunya. Sesekali juga tersenyum bahagia kala melihat putrinya lantang mengeja satu sampai dua kata yang saya tuliskan. Betapa senangnya dapat membahagiakan orang lain. Dan merasakan kegembiraan si kecil yang begitu tulus karena mendapat pujian lebih dari sang ibu.

Benar, saya mencintai aktivitas mengajar itu, dan saya berusaha mengajari mereka dengan penuh cinta. saya berharap semoga semua guru di Indonesia dapat mengajar dengan penuh cinta. Maka tujuan Indonesia dalam UUD 1945 “Mencerdaskan Kehidupan bangsa” dapat diwujudkan melalui langkah kecil itu. Amin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline