Lihat ke Halaman Asli

Wingko dan Tradisi Lamaran

Diperbarui: 12 Juli 2016   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Koleksi Pribadi

Ada yang tau apa itu wingko? Wingko adalah salah satu makanan bertekstur kenyal terbuat dari parutan kelapa yang dicampur dengan tepung ketan, telur, dan mentega sebagai bahan  utamanya. Bahan tambahan atau pelengkap sebagai pemanis biasanya ekstrak vanila, nangka, dll sesuai selera.

Saat ini, untuk menikmati jajanan wingko tidak sesulit dulu. Karena sudah banyaknya penjual dengan kemudahan teknologinya dapat menghasilkan wingko dalam waktu yang cepat.

Singkat cerita, waktu saya kecil dulu, saya hanya bisa menikmati jajanan ini kalau ada keluarga yang sedang lamaran atau pernikahan. Karena saat acara tersebut wingko akan dibuat dalam jumlah banyak dan digunakan sebagai serahan untuk pasangan yang akan dilamar. Entah pasangan tersebut berasal dari dalam atau luar Lamongan. Karena hanya dibuat pada acara tertentu, menjadikan wingko akan terasa sangat nikmat ketika dimakan.

Saya bertanya-tanya, kenapa saya dulu hanya bisa menikmatinya saat acara lamaran atau pernikahan saja? Setelah wawancara si Mbah (agen pelestari budaya dalam keluarga) ternyata ada makna tertentu didalamnya. Bahan utama wingko, yakni kelapa bermakna kehidupan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kelapa merupakan simbol kehidupan karena seluruh bagiannya bisa dimanfaatkan. Dari mulai daging kelapanya, airnya, batok kelapanya, sampai serabut kelapanya. Tidak ada bagian kelapa yang terbuang percuma. Jadi harapannya, wingko menggambarkan kehidupan baru bagi pasangan tersebut.

Lamanya proses pembuatan wingko juga menjadi salah satu alasan  mengapa jajanan ini hanya dibuat pada acara tertentu seperti lamaran. Apalagi, ukuran yang dibuat relatif besar, berbentuk bulat dengan diameter 20-25 cm dan ketebalan kurang lebih 3-4 cm. So, diperlukan kesabaran dan api yang kecil untuk memasak wingko agar matang sempurna. 

Itulah yang membuat prosesnya lama sehingga sangat merepotkan jika dibuat terlalu sering. Si Mbah tidak mengatakan makna dibalik ukuran yang besar tersebut. Mungkin, karena jaman dulu belum ada cetakan yang lebih kecil kali ya jadi buatnya besar-besar. Yang pasti, alasan utama penggunaan wingko sebagai serahan adalah untuk pelestarian ikon kuliner daerah.

Walaupun merepotkan, tradisi ini masih dipertahankan di lingkungan keluarga saya. dan bukan hanya sebagai serahan saat lamaran saja, wingko juga biasa diberikan saat berkunjung ke kerabat jauh, atau oleh-oleh untuk teman dan sahabat tersayang. Sebagai upaya untuk pelestarian jajanan khas kota Babat-Lamongan.

Kabar baiknya, untuk menikmati wingko saat ini nggak perlu nunggu lamaran kok. Tinggal siapin uang, motor, dan niat untuk beli wingko. Atau, kalau mau buat sendiri juga bisa. Tinggal siapin cetakan yang lebih kecil, dan yang paling penting bahan-bahannya, serta kesabaran. Walaupun bentuknya kecil yang membuat prosesnya lebih singkat, dalam membuatnya juga harus sabar. Biar matang sempurna, nikmat, dan nggak gosong.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline