Lihat ke Halaman Asli

Nasuri Suray

Guru Menggambar yang Suka Dunia Tulis Menulis

Maaf Jokowi Aku Tak Akan Memilihmu Jadi Presiden

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1395054043972474045

Harus saya akui bahwa Joko Widodo yang kerap disapa Jokowi adalah sosok yang berbeda. Tampil penuh dengan kesederhanaan, lugu, polos dan apa adanya membuat saya kagum. Tampangnya yang Deso sangatlah merakyat. Tak tercermin sedikitpun ketamakan dan keangkuhan dalam wajahnya yang polos itu.

Blusukan yang menjadi ciri khasnya membuat ia semakin dicintai warga Jakarta yang selama ini jauh dari pemimpinnya. Korupsi yang menjadi penyakit akut di tubuh DKI perlahan mulai terkikis oleh kepemimpinannya yang memang sangat menjunjung tinggi transparansi. Duet mautnya dengan Ahok membuat Pemda DKI semakin hari menjadi semakin baik dan disegani.

Belum lama Jakarta diserbu banjir. Entah berapa ratus rumah yang terendam. Entah berapa milyar kerugian akibat bencana tahunan tersebut. Tapi, saya melihat Jokowi tidak tinggal diam. Salah satu usahanya ialah dengan rekayasa cuaca yang menghabiskan uang milyaran. Sayangnya, usahanya itu tak juga membuat Jakarta bebas banjir.

Jalan kini banyak yang rusak. Jangan bilang tentang kemacetan. Sampai kini Jakarta masih macet. Saya tak menyalahkan Jokowi. Sebagai warga Jakarta saya akan menunggu pemimpin saya itu dengan sabar. Pelan-pelan untuk memperbaiki Jakarta menuju tempat hunian yang layak bagi semua warganya.

Sayapun semakin bangga ketika Jokowi ditanya tentang pencapresan dirinya. Ia selalu mengelak dengan alasan sekarang ia sedang sibuk mengurusi banjir. Ia terlihat sangat fokus mengurusi warganya. Ketika hampir di semua lembaga survey menempatkan dirinya sebagai jawara. Ia tetap pada pendiriannya akan komitmen mengurus Jakarta sampai 5 tahun.

Hari itu tanggal 14 Maret 2014, saya dibuat terkejut. Ketika semua orang bersorak gembira. Saya justru bersedih. Pemimpin yang saya banggakan untuk membawa Jakarta ke arah yang lebih baik. Tiba-tiba menyatakan diri menjadi calon presiden. Sungguh, bukan saya tidak setuju Jokowi menjadi presiden. Bahkan saya membayangkan Jokowi menjadi presiden dengan Risma walikota Surabaya sebagai wakilnya. Tapi itu bukan sekarang melainkan tahun 2020.

Saya hanya ingin Jokowi menunjukkan komitmennya, janjinya kepada warga Jakarta. Ia membuktikan dengan prestasi yang gilang gemilang. Tetapi, belum genap kepemimpinannya, ia sudah pergi dan melupakan janjinya dulu dengan alasan telah mendapat mandat dari Megawati dan siap melaksanakan.

Kalau semua pemimpin seperti ini. Pergi sebelum tugas selesai. Sampai kapan Indonesia akan maju? Pemimpin hanya mendengar apa kata partainya, bukan apa kata rakyatnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline