Psikologi Islam adalah suatu pendekatan dalam studi kejiwaan dan perilaku manusia yang berlandaskan pada konsep tauhid, dengan mengintegrasikan ilmu dan iman. Penting untuk memastikan bahwa keyakinan kepada Allah sejalan dengan cara berpikir yang mendukungnya. Oleh karena itu, Psikologi Islam hadir untuk mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan. Perlu diingat bahwa psikologi sebagai disiplin ilmu berasal dari pemikiran Barat, yang telah memberikan banyak kontribusi di berbagai bidang meskipun bersifat sekuler. Kehadiran psikologi Islam justru memberikan dimensi transenden dalam pemahaman tersebut.
Ketika psikologi sekuler diterapkan untuk memahami perilaku umat Islam, akan muncul berbagai masalah. Saat ini, psikologi dipahami bukan hanya sebagai ilmu jiwa, tetapi lebih sebagai ilmu yang mempelajari perilaku organisme. Di sisi lain, dalam perspektif Islam, terutama merujuk pada tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, dan al-Ghazali, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat.
Aspek Bayani
Bayani adalah metode pemikiran khas Arab menekankan pada otoritas teks (nas), secara langsung atau tidak langsung, dan dibenarkan oleh akal kebahasaan yang digali lewat inferensi (istidlal). Contoh Bayani dalam psikologi islam terdapat pada Q.S. Al-Ra'd ayat 28.
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."
Kementerian Agama RI, surat Ar Rad ayat 28 menyatakan bahwa orang-orang yang mendapatkan petunjuk Allah SWT adalah mereka yang beriman kepada-Nya dan Nabi Muhammad SAW. Mereka yang memiliki iman dan mengingat Allah akan merasakan ketenangan dalam hati. Kehidupan orang-orang yang beriman akan menjadi tenang dan bebas dari kegelisahan, rasa takut, atau kekhawatiran.
Aspek Burhani
Dalam pendekatan burhani (rasional), surat Ar Rad ayat 28 dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan nilai spiritual dan pembuktian logistik untuk mendukung ketenangan hati melalui zikir kepada Allah. Berikut contohnya :
- Ketika seseorang merasa cemas atau stres karena pekerjaan atau masalah hidup, ia berdzikir dengan mengucapkan "subhanallah" atau "laa ilaaha illallah" untuk menenangkan hati dan pikiran.
- Saat menghadapi ujian atau musibah, seseorang melaksanakan sholat dan berdzikir agar hatinya tetap tenang dan dapat berpikir lebih jernih.
- Ketika marah atau kesal, seseorang berhenti sejenak, mengambil wudhu, lalu berdzikir untuk meredakan amarah dan mendapatkan ketenangan hati.
- Setelah mengalami kegagalan, berdzikir dan mengingat bahwa Allah memiliki rencana terbaik dapat membantu seseorang bangkit dan merasa lebih tenang.
Aspek Irfani