Lihat ke Halaman Asli

Ilmu Tak Selalu Berkah

Diperbarui: 16 Mei 2021   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Mudahnya mencari ilmu saat ini. Cukup googling. Cukup searching diberbagai aplikasi media sosial. Cukup bertanya pada banyak orang. Cukup pengajian daring. Dalam waktu seketika semua bisa didapatkan. Apakah ilmu sebatas pengetahuan?

Mengapa ilmu tak merevolusi diri? Mengapa ilmu tidak menjadi karakter, akhlak dan budaya sehari-hari? Mengapa dalam ilmu yang sangat mudah diperoleh, wajah negri dan bangsa ini tetap carut marut? Mengapa yang bersekolah, bergelar paling selangit tetap melakukan penyimpangan dan kejahatan di negri ini? Adakah yang salah dalam pencarian dan penempaan ilmu?

Ulama masa lalu selalu mendatangi  gurunya. Imam Syafii, walaupun sudah hafal kitab Al-Muwatha karangan imam Malik, dia tetap mendatangi imam Malik dan belajar dihadapannya. Berhadapan langsung dengan sang guru memberikan kepahaman dan keberkahan yang tak bisa ditemukan dari lembaran kertas dan coretan tinta.

Seorang ulama terkenal dari Afrika, mempelajari kitab Al-Muwatha sendirian dan hafal. Dicarinya pengarang buku tersebut. Ternyata Imam Malik sudah wafat. Maka dicarilah murid imam Malik yang pernah belajar langsung berhadapan dengan imam Malik. Ulama Afrika ini tidak sekedar mencari Ilmu, tetapi berusaha mendapatkan keberkahan dari ilmu itu sendiri melalui orang yang pernah mendapatkan keberkahan dari ilmunya imam Malik.

Tradisi mengijazahkan ilmu, wirid dan amalan, terus terjaga hingga hari ini. Terutama dikalangan pondok pesantren dan thariqah. Untuk apa? Kejelasan sumber asalnya. Agar ilmu terakreditasi kebenarannya. Yang membawa ilmu tersebut orang-orang terpercaya, bukan sekedar pintar.

Tradisi mengijazahkan Ilmu dalam Thariqah sebuah penyambungan jiwa, rasa ketentraman, suasana kehangatan  dan semangat perjuangan. Jadi tahu silsilah ilmu tersebut. Tahu kebesaran jiwa dan perjuangan sepak terjang kehidupan mereka yang telah mendapatkan ilmu tersebut. Ini bukan sekedar transfer Ilmu, yang lebih penting sejarah kebesaran dan tanggungjawab mereka yang sudah mendapatkan ilmu tersebut.

Ilmu itu harus didatangi. Seperti Ali bin Abi Thalib yang mendatangi majlis Hasan Al Bashri. Seperti Husein bin Ali yang mendatangi majlis ilmu yang dibimbing oleh mantan budaknya Umar bin Khatab.   Ilmu harus didatangi. Guru harus didatangi. Itulah cara agar ilmu menghadirkan ilmu dan kepahaman yang baru dan menghujam. Ilmu melahirkan amal dan keberkahan.

Channel Youtube Dengerin Hati

Nasrulloh Baksolahar 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline