RENUNGAN TENTANG WAKTU (5)
Sang waktu tetap bergulir. Ia tak akan kembali sebagaimana kita memulainya sejak awal. Memang hari ini, baik siang dan malam, kita rasakan suasananya seperti yang kemarin. Bahkan sama saja dengan suasana waktu pada ribuan tahun yang lampau.
Tapi, sebagaimana yang dikatakan Isaac Newton, waktu itu absolut. Waktu itu nyata dan bagian integral perjalanan alam. Yang telah lewat tentu menjadi lampau. Tapi ada pula yang berkata, yang lampau itu, belum tentu menjadi sejarah. Mengapa?
Peristiwa di masa lalu atau yang lampau, sebenarnya hanya berlalu begitu saja. Cuma karena ada sejarawan yang mencatat masa lalu itu (dari bukti yang tertinggal dan saksi mata), maka kita mengenal ada yang disebut sejarah. Bila suatu peristiwa tidak meninggalkan bekas dan saksi mata, manusia tentu tidak mengenal akan suatu obyek dari sejarah itu sendiri.
Ada juga yang berkata, sejarah bukan hanya menyangkut sesuatu yang lampau, tapi juga sejarah yang akan datang. Pendapat terakhir ini, memang sedikit sulit dimengerti. Karena yang namanya sejarah sudah pasti sesuatu yang telah lewat atau lampau.
Tapi kalau kita membaca kitab suci, ada yang cukup menggelitik bila kita renungi. Tuhan berfirman "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya...(Al-Hadid : 22)
Pertanyaannya, apakah firman Tuhan di atas, termasuk kategori sejarah yang akan datang?
Pun dalam firman lain dikisahkan, Nabi Musa protes, mengapa Nabi Khidir membunuh seorang anak kecil. Nabi Khaidir menjawab, bahwa ia membunuh anak kecil itu, karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman. Dan jika anak ini menjadi dewasa, ia akan mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur (vide surat Al-Kahfi ayat 74).
Apakah kisah dalam firman tadi, juga termasuk bentangan sejarah yang bakal terjadi di masa yang akan datang?
Kita tambah lagi. Menengok sejarah masa kecil Hasan dan Husein. Keduanya adalah cucu Rasulullah yang sangat disayangi. Hasan suatu ketika dicium dibibir oleh Rasulullah, sedangkan Husein dicium dileher.
Fatimah (sang bunda), sempat bertanya akan hal itu. Rasulullah menjawab, Hasan selalu ku kecup bibirnya, lantaran ia akan mati diracun oleh orang terdekatnya. Sedangkan Husein, sering kucium lehernya karena ia akan syahid dengan leher terputus....". Dan ternyata, apa yang dikatakan oleh Rasulullah itu, terbukti dalam sejarah.