ANDAIKAN (SEKARANG) ADA ORANG INGIN MEMOTONG ANAKNYA SENDIRI
Tahun ini, untuk pertama kali, saya melaksanakan shalat idul adha (10 Dzulhijjah 1444 H / 29 Juni 2023 M), di halaman Polda Sulawesi Tengah (Jl. Soekarno Hatta).
Salah satu pernyataan yang menarik dari khutbah id-nya, yaitu: "Nabi Ibrahim menerima perintah untuk menyembelih putranya, Ismail, tidak berdasarkan "mata inderawi", tapi berdasarkan "mata hati".
Pernyataan di atas, mengingatkan pada tulisan Cak Nun dalam bukunya "Markesot Bertutur" (Mizan: 1993).
Di bawa judul: "Ibrahim ada di abad 20", sang kolumnis ini sedikit berimajinasi. Ia mengkhayalkan, bagaimana sekiranya Ibrahim itu hidup di abad 20. Apakah ia akan ditangkap, karena ingin menyembelih anaknya?
Beliau menulis begini: "Bilanglah bahwa rencana Anda menyembelih anak Anda itu berdasarkan perintah Allah. Siapa yang bisa menjamin bahwa itu perintah Allah? Apakah para aparat bisa percaya? Apa ada kerangka pemahaman yang bisa membuat negara ini meyakini bahwa itu perintah Allah?
Lanjut Cak Nun: "Maka, Ibrahim memang harus ditangkap. Ismail harus diselamatkan.
***
Andaikan kasus di atas ada sekarang, aparat yang menangkap orang itu, tentu tidak berdasarkan "mata hati", tapi berdasarkan "mata inderawi".
Dan tindakan penangkapan berdasarkan "mata inderawi" ini, sudah pasti disepakati oleh semua orang, bahwa itu adalah tindakan yang "benar".
Palu, 6 Juli "23