Tinggal selangkah, jika tak ada aral melintang, PSM akan menjadi juara Liga 1 Indonesia. Tentu publik Makassar, Sulawesi Selatan, dan para pendukung PSM di seluruh penjuru dunia, tak hanya di Sulsel, patut berbangga. Prestasi PSM tersebut layak diapresiasi memang.
Bukan apa - apa, dengan berbekal tanpa pemain bintang, tak ada pemain nasional, hingga "olokan" tidak punya stadion, PSM melangkah di awal musim dengan kekuatan "sederhana", "apa adanya". Bahkan, sejujurnya tak menjadi unggulan banyak analis bola tanah air.
Namun, siapa boleh menebak, seiring berjalannya musim, dengan kerelaan hati setelah mencari stadion ke sana ke mari, akhirnya PSM berkandang di Stadion Gelora BJ Habibie Pare-pare, dengan jarak tempuh tiga setengah jam dari Makassar.
Kini, mari menegakkan kepala menyambut raihan terbaik PSM musim ini. Apapun itu. Selangkah lagi, PSM Juara.
Pelatih adalah Utama
Keberhasilan manajemen PSM merekrut pelatih berlisensi UEFA, Bernardo Tavares, ke tanah Daeng patut diacungi jempol. Seleksi yang ketat oleh CEO PSM kala itu Munafri "Appi" Arifuddin, membuahkan hasil. Tavares pelatih "bukan kaleng - kaleng". Dengan tangan dingin, penuh percaya diri, pria asal Portugal ini, berbesar hati menerima sajian pemain yang ada.
Tanpa berpikir panjang, Tavares menunjukkan kualitasnya dengan mengenali pemain - pemainnya. Lalu, memberikan kesempatan menit demi menit bermain. Ajang latihan pun menjadi arena untuk menilai keseriusan, kesungguhan, dan kesiapan bermain para punggawanya.
Layaknya Guru, Tavares pun paham siapa diantara murid - muridnya yang siap bermain dan layak diturunkan setiap laga. Bahkan, di tengah komentar miring pun, dia kokoh dengan keyakinannya. Hasilnya, Tavares mempu memoles pemain - pemain asuhannya from nobody to somebody.
Di pergantian CEO, di tengah musim, nama "boss baru" PSM, Sadikin Aksa, pun layak bagi kita mengangkat topi. Keputusan memberikan ruang penuh bagi coach Tavares di lapangan sebagai manajer merangkap pelatih adalah keputusan tepat. Dengan mendapatkan kepercayaan itu, Tavares pun All out di lapangan dan membayar lunas kepercayaan salah satu putera mahkota Bosowa Group itu.
Pencapaian Tavares sebagai pelatih berprestasi musim ini di PSM, membalikkan teori lama dalam sepakbola. Selama ini, infrastruktur dianggap menjadi faktor nomor satu. Kedua, kurikulum. Ketiga, barulah pelatih. Selanjutnya, pemain dan kompetisi yang baik. Namun, sejalan dengan keyakinan Gita Wirjawan, dalam salah satu percakapan di podcast nya dengan seorang Profesor muda Diaspora Indonesia di Inggris, bahwa Guru adalah utama.