Lihat ke Halaman Asli

NASRULLAH

mahasiswa

Pengalaman Berkunjung ke Pondok

Diperbarui: 30 September 2024   04:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wikipedia.com 

pada tanggal 28 september 2024. 

saya bersama teman berkunjung ke salah satu pondok terbesar di Indonesia, pondok sidogiri pasuruan.

 Di sana sangat menghengatkan hati dan perasaan, seketika saya melihat para mahasantri berkeliaran keluar dari dalam ruangan, menandakan aktivitas belajar sedang di istirahatkan. saya sempat merasakan ketidak wajaran dalam pikiran terkit sistem yang di terapkan setiap harinya dalam pondok tersebut.  itulah yang terjadi pada umumnya soal sistem yang ada di pondok-pondok pesantren. bertanya kepada teman saya bagaimana sistem pembelajaran dan aturan yang ada di sini.

 

kebetulan teman saya ini alumni pondok pesantren sidogiri pasuruan, belejar sekitar kurang lebih 4 (empat) Tahun lamanya. tentu dia paham soal sistem itu, yaa bagian dari mahasantrinya. teman saya ini menjawab sistem kelas yang ada di pondok sidogiri. kelas-kelas di sidogiri tidak bergantung kepada umur dan usia masuknya.  

Akan tetapi kelas-kelas di tentukan berdasarkan kapasitas dan kemampuan dalam memahami materi-materi (bacaan kitab) berdasarkan tingkat kesulitan. Seperti itulah salah satu sistem dalam hal ini metode kelas-kelas belajar yang ada di sidogiri. Singkat cerita tidak lama di area pondok para mahasantri yang dari sulawesi barat berdatangan dan menyambut seolah-olah menyambut raja dari tahtanya

saya merasa terharut melihat mahasatri khususnya dari sulawesi barat. saya melihat betapa lelah, lesuh dalam  belajar yang bercampur pada rindu keluarga, kampung halaman dan sanak saudara. Itulah proses belajar tantangan dan hambatan harus terus di lalui, proses tidak pernah melihat hasil. 

Ada quets mengatakan bahwa " siapa yang lelah dalam belajar maka dia siap menanggung perihnya kebodohan". kemampuan manusia dalam mengelolah kapasitas dan hambatan seta perih yang di lalui tergantung seberapa keseringan seseorang dalam menghadapi cobaan tersebut. kembali ke cerita mahasantri tersebut, ketika di lihat hanya sepintas dan tidak menjadi aktor keberlangsungan atau menjadi mahasatri maka rasanya akan berat, rasanya tidak akan mampu. Ketangguhan mahasatri di sebabkan kebiasaan yang terulang-ulang, sehingga kebiasaan tersebut mengakar dan menjadi kultural. 

Resah, lelah dan capek sudah menjadi kebiasaan dan kebiasaan tersebut menjadi sebuah momentum dalam belajar, tidak di rasakan lagi kecapeannya,  keseringan terjadi. Dalam psikologi juga di bahas soal kognitif manusia dan kemampuan dalam mengolah sumber dan permasalahan yang ada bahkan teori tersebut di sandingkan dengan uji kompetensi seekor anjing.

 Teori pengkondisian klasik yang di kemukakan oleh Ivan Pavlov. Ivan Pavlov melakukan percobaan pada tahun 1927. tentang pencernaan seorang anjing. anjing yang biasanya mengeluarkan air liur ketika di berikan makanan dan melalui simbolik-simbolik atau embel-embel sehingga dia mengemukakan Stimulu dan respon anjing ketika dalam masa pencobaan, ternyata bersinggungan pada kebiasaan anjing ketika di kasi makanan, berkaitan dengan kebiasaan manusia dalam belajar maka akan berdampak pada stimulus dan respont. 

manusia akan berprilaku sesuai dengan kebiasaannya. bersangkutan pada  kebiasaan mahasantri tadi, soal ketahanan dan kemempuan dalam menjalankan kehidupan pondok. menjadi mudah dan tidak membebankan sebab pasalnya sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari mahasatri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline