sekitar dua bulan lagi pemilihan kepala daerah akan dilakukan serentak seluruh Indonesia. Aceh provinsi paling barat Indonesia juga turut ikut serta dalam pemilihan pilkada serentak yang aka di adakan sekitar bulan November 2024 nanti. Aceh yang dikenal dengan sebutan daerah serambi Mekkah akan memilih dua orang kandidat gubernur, dari dua orang calon gubernur Aceh satupun tidak membuat pemilih Aceh semangat dalam pemilihan nanti, mengingat dua calon gubernur ini terindikasi tidak mempunyai integritas dan kepemimpinan yang mumpuni.
Dari kedua calon gubernur ini ada yang bisa membaca Al Qur'an dan ada yang tidak bisa membaca Al Qur'an dan juga ada yang satu bisa membaca Al Qur'an namun dalam hal public speaking hancur alias tidak bisa berbicara dengan jelas dan baik. sedangkan calon satu lagi tidak bisa membaca Al Qur'an namun public speakingnya bagus. perlu diketahui bahwa Aceh mensyaratkan calon kepala daerahnya untuk bisa membaca Al Qur'an mengingat Aceh merupakan daerah khusus yang melaksanakan syariat Islam.
penulis yang banyak bertemu dengan teman - teman dan orangtua kampung mengatakan bahwa gubernur tahun ini tidak ada yang bisa diharapkan karena rekam jejak mereka yang sangat meragukan. dan sepertinya orang Aceh akan memilih gubernur karena ada pemilihan saja namun bukan sebuah harapan ada perubahan yang besar di provinsi Aceh, mengingat dua calon gubernur Aceh ini memang bukan calon pemimpin yang diharapkan.
adanya dua calon gubernur di Aceh bukan tanpa sebab namun karena memang salah satu calon berharap dia hanya melawan kotak kosong. analisis ini terjadi karena calon tersebut seperti memborong partai dan ketika putusan mahkamah konstitusi terjadi maka calon lawan bisa mendaftarkan alias cukup kursi di tingkat dewan. akibatnya terjadi kasus pelemparan granat di kubu lawan yang baru mencalonkan gubernur ini sehingga menyebabkan peristiwa yang viral mengingat Aceh pernah dilanda konflik berkepanjangan dengan pemerintah Indonesia.
aksi pelemparan granat sebenarnya adalah suatu perbuatan yang tidak harus terjadi mengingat ini hanya pesta demokrasi bukan konflik untuk minta pisah dengan pemerintah Indonesia. oleh karena itu, perbuatan tersebut tidak harus dibesar-besarkan dan tidak harus viral dan semoga dijadikan bahan renungan oleh pihak terkait untuk tidak membuat gaduh atau membuat sesuatu yang menakutkan bagi masyarakat Aceh karena rakyat sudah muak dengan sandiwara para calon pemimpin ini.
walaupun salah satu calon merupakan mantan panglima saat konflik Aceh dengan pemerintah Indonesia bukan berarti pesta demokrasi di ganggu dengan teror granat yang tidak ada efeknya bagi rakyat sebab rakyat sekarang sudah cerdas dan sudah mengetahui pihak mana saja yang diuntungkan dengan teror tersebut.
Teror granat yang terjadi pada salah satu calon merupaka serba serbi sebelum penetapan calon gubernur Aceh, yang mengakibatkan seluruh rakyat Aceh menganggap lucu dengan kelakukan para peneror. sebab tidak angin tidak hujan ada aksi teror dan sekarang aksi teror tersebut sedang diselidiki oleh pihak berwajib.
hal yang menarik dari pemilih Aceh bahwa di Aceh susah mantan PJ gubernur yang pernah menjabat terpilih menjadi gubernur Aceh.hal ini sudah terjadi dari tahun ke tahun atau sejak perdamaian Aceh tahun 2005. yang kedua orang Aceh tidak akan memilih calon yang sudah pernah menjabar sebagai gubernur atau wakil gubernur. apalagi pejabat terkait sudah pernah berbuat janji namun tidak pernah ditepati. dari kedua calon gubernur ini keduanya pernah menjabat sebagai pejabat gubernur dan juga sebagai wakil gubernur yang terpilih. penulis memprediksi bahwa hasil pemilu gubernur Aceh nanti pasti banyak yang golput atau tidak memilih sama sekali. sebab sekarang rakyat Aceh hanya peduli dengan pemilihan bupati atau walikota saja.
sebab rakyat tidak memilih bukan tanpa alasan namun karena kedua calon gubernur ini tidak pernah menepati janji mereka dan mereka bekerja hanya dengan para elit dan suara akar rumput Aceh tidak pernah ditepati. oleh karena itu, pantas rakyat merasa acuh tak acuh dengan pemilihan gubernur Aceh tahun kali ini.
jadi, jangan heran nanti saat pemilihan gubernur rakyat Aceh tidak akan merayakan kemenangan calon guberbur tersebut. sebab sudah dibuat kecewa pernyataan mereka media yang tidak pernah konsisten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H