Dari beberapa media lokal sedang memberitakan tentang kesepakatan antara Dewan perwakilan Rakyat Aceh DPRA dan gubernur Aceh tentang pemberhentian program JKA bagi rakyat Aceh yang dimulai tanggal 1 April nanti, artinya tidak semua rakyat Aceh mendapatkan JKA akan tetapi hanya rakyat miskin saja.
Padahal sebelumnya JKA di peruntukkan kepada semua rakyat Aceh baik mampu maupun tidak mampu. alasannya pihak eksekutif yaitu gubernur Aceh dan DPRA beralasan bahwa data rakyat miskin yang dipegang pemerintah Aceh dan pihak BPJS sebagai pantner JKA timpang tindih.
Data timpang tindih bukan alasan yang tepat karena jika data salah bisa diperbaiki sambil program terus berjalan. Dan juga data salah tanggung jawab dari pemerintah Aceh untuk bekerja lebih keras supaya masalah data dapat terselesaikan dengan cepat, saya kira orang kantor sangat pintar masalah olah data tersebut.
Terhentinya program JKA ditakutkan bahwa rakyat Aceh akan takut berobat karena takut tidak bisa membayar. Harap maklum di masyarakat luas masih ada orang miskin di anggap kaya dan orang kaya di anggap miskin. Artinya hanya orang yang dekat dengan pejabat yang mudah mengurus kartu dari pemerintah.
Oleh karena itu, sangat disayangkan program JKA bisa berhenti karena program JKA ini adalah program pro rakyat mengingat belum ada program sebesar JKA yang ada di provinsi Aceh.
Terhentinya program JKA merupakan ingkar janji dari gubernur Aceh sekarang yang dulu berpasangan dengan Irwandi. Karena pak Irwandi tertangkap oleh Komisi perberantasan korupsi (KPK) maka tampuk kemimpinan Aceh di lanjutkan oleh pak Nova sebagai wakil pak Irwandi saat itu. Jika dilihat dari visi misi pak Nova yang mengatakan Aceh Sehat , tentu dengan diberhentikannya program JKA maka semua janji saat kampanye dulu hanya isapan jempol belaka.
Jika JKA sudah berhenti maka efek yang sangat dirasakan adalah nenek di kampung yang mana kadang -- kadang nenek ini jangankan untuk berobat, untuk makan saja harus dibantu oleh orang lain. Artinya nenek ini jika sakitpun tidak mau pergi ke rumah sakit, sebab yang ada dipikirannya biaya rumah sakit yang besar. Apalagi belum biaya transportasi ke rumah sakit, biaya fotokopi dan biaya makan. Karena pergi ke rumah sakit antrinya lama sekali.
Solusi yang mungkin bagi nenek yang tidak mampu adalah pergi ke dukun atau tabib. Walaupun obatnya tidak sama dengan rumah sakit, setidaknya biaya pergi ke tabib sangat murah jika dibandingkan dengan pergi ke rumah sakit.
Orang miskin dan orang hidup pas --pasan juga sangat merasakan jika JKA diberhentikan. Karena untuk hidup saja susah apalagi kepikiran untuk obat. Sangat sedih jika dibayangkan semua yang akan terjadi kalau JKA diberhentikan.
Sebab manfaat dari JKA sangat besar, ini menurut pengalaman saya, sebab saya sebagai guru honorer yang mendapat gaji pas --pasan. Jadi, saat istri saya hamil anak kedua, kami berencana melahirkan di praktek bidan. Namun, saat di tanya berapa biaya persalinan di tempat praktek kami terkejut ternyata mahal sekali beda dengan tahun kemarin saat anak pertama lahir. Oleh karena itu, saya dengan istri berdiskusi bagaimana caranya persalinan tidak mengeluarkan uang banyak.