Lihat ke Halaman Asli

Nasrul

nasrul2025@gmail.com

Tsunami Aceh 26 Desember 2004, Sejarah yang Tidak Perlu Dikenang namun Diambil Hikmahnya

Diperbarui: 26 Desember 2020   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerusakkan akibat Tsunami, foto Masjid di salah satu sudut  kota Meulaboh, Aceh. (Kompas.com)

Jika mengingat tragedi Tsunami Aceh tahun 2004 sungguh sangat menyedihkan, terkadang hati ini terasa sangat pedih dan sesak tapi semua itu memang harus dilupakan supaya bisa hidup yang lebih baik untuk masa depan.

Melupakan bukan berarti tidak mengambil hikmah dari cobaan Tsunami tersebut. Karena hikmah dari Tsunami sangat banyak. Namun, ada beberapa yang penulis ingin ceritakan sebab penulis sendiri merasakan bagaimana dahsyatnya Tsunami yang telah menghantam rumah dan desa penulis.

Pertama Tsunami Aceh mengajarkan bahwa Allah swt tidak tidur dan selalu memperhatikan hambanya di dunia, dan tidak luput sedetik pun. Oleh karena itu, sangat di sayangkan sekarang banyak manusia dari hamba Allah swt tidak peduli lagi dengan perintah dan larangan-Nya.

Tsunami Aceh menghentak rakyat Aceh sebab Aceh sebagai daerah syariat Islam mengapa bisa terkena musibah Tsunami yang maha dahsyat di Abad 21?.karena rakyat Aceh sedang dicoba atau sedang di uji oleh yang maha Kuasa untuk kenaikan tingkat keimananya.

 Sebab cobaan dari yang Maha Kuasa tersebut untuk mengetes sejauh mana keimanan orang Aceh, bisa lulus atau tidak dari ujian tersebut. Hal tersebut bisa dilihat dari kehidupan setelah kejadian Tsunami. Jika semakin bertambah imannya berarti lulus, sedangkan dengan adanya Tsunami dapat membuat stress dan hilang keimanannya maka ujiannya gagal

Adanya ujian dari Allah swt berarti Allah swt memperhatikan hambanya untuk selalu meningkatkan keimanannya. Bukan berarti jika ada Tsunami maka itu adalah musibah atau siksaan. Hal itu tidak mungkin siksaan karena jika sebuah siksaan maka seluruh dunia akan hilang.

Kedua, dengan adanya Tsunami maka banyak orang yang semakin bertambah imannya dan semakin rajin mempelajari ilmu agama khususnya Agama Islam. Karena Tsunami itu merupakan cambuk untuk selalu berbuat baik  dan tekun belajar ilmu agama.

Pengalaman penulis, sejak adanya Tsunami penulis sudah rajin belajar mengaji di masjid. Padahal, sebelum Tsunami penulis hanya bermain saja dan tidak peduli dengan mengaji dan amalan wajib lainnya seperti ibadah sholat lima waktu.

Hal positifnya Tsunami membuat penulis merasa apa penulis lakukan selama ini sia -- sia dan apa yang semua penulis banggakan tidak ada gunanya. Oleh karena itu. Tsunami telah merubah penulis dari orang yang tidak ada ilmu agama menjadi seseorang yang haus akan ilmu agama dan selalu shalat lima waktu dan berusaha shalat berjamaah di masjid.

Jika boleh berandai, seandainya Tsunami tidak ada mungkin penulis hanya jadi seorang hamba Allah swt yang tidak pernah mengerti ilmu agama Islam. Padahal, penulis sendiri beragama Islam. Jadi, penulis berterimahkasih kepada Tsunami yang telah dikirimkan  Allah swt untuk menegur hamba supaya segera belajar ilmu agama dengan baik dan menjadi seorang yang peduli dengan sesama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline