Lihat ke Halaman Asli

Nasrul

nasrul2025@gmail.com

Keteguhan dan Perjuangan Cut Nyak Dhien yang Wajib Dicontoh oleh Kaum Muda

Diperbarui: 3 November 2020   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis kisah kehebatan dan keteguhan pahlawan tentu tidak habis -- habisnya, tentu banyak yang harus di tulis untuk menjadikan sebuah kisah yang harus di ingat oleh anak millenial sekarang. Karena dengan mengenang pahlawan maka akan menumbuhkan cinta tanah air. Dari banyak pahlawan salah satu yang akan di bahas adalah Cut Nyak Dhien.  

Cut Nyak Dhien adalah seorang perempuan  yang berasal dari Aceh. Beliau adalah seorang bangsawan dan lahir di lam padang di Daerah Kesultanan Aceh pada tahun 1848. Beliau  menikah dengan suami pertama Teuku Cik Ibrahim Lam Nga. Suami pertama Cut Nyak Dhien adalah seorang pejuang dan syahid saat perang Aceh meletus.

Sejak mendengar suaminya mati syahid, Cut Nyak Dhien yang ada di pengungsian saat itu bersumpah akan berperang langsung dengan Belanda. Tekad Cut Nyak Dhien bukan hanya isapan jempol belaka. Karena beliau segera membentuk pasukan dan menyusun strategi melawan Belanda. Sebab memang beliau perempuan yang berpengaruh sehingga tidak sulit bagi beliau untuk mengumpulkan pasukan Aceh sebanyak -- banyaknya.

Karena memang Cut Nyak Dhien di lahirkan di keluarga pejuang dan memiliki ilmu agama yang kuat sehingga banyak pejuang Aceh menjadikan beliau seorang pemimpin perang gerilya saat itu, yang mana memang pasukan beliau di isi oleh janda yang suaminya mati syahid saat perang meletus.

Masih dalam keadaan perang Teuku Umar yang juga pejuang mencoba melamar Cut Nyak Dhien. Dan lamaran pertama Teuku Umar di tolak. Karena Cut Nyak Dhien takut setelah menikah tidak bisa lagi berjuang, ternyata Teuku Umar mengetahui alasan Cut Nyak Dhien dan segera melamar kembali. 

Pada lamaran kedua Teuku Umar menyatakan akan mendukung perjuangan Cut Nyak Dhien, sehingga setelah mereka berdua menikah perjuangan rakyat Aceh semakin bersemangat karena pemimpin pasukan menjadi suami -- berani dan gagah berani. Dari pernikahan mereka lahir lah seorang anak yang bernama Cut Gambang.

Suami istri pejuang ini  terus melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Mereka melakukan serangan mendadak di markas pasukan Belanda yang mengakibatkan banyak jenderal Belanda yang mati sia -- sia di tangan mereka.

Pada tahun 1899 Teuku Umar suami Cut Nyak Dhien di tembak mati oleh Belanda di kota Meulaboh. Dengan Syahid ayahnya Cut Gambang yang masih remaja saat itu menangis. Ibunya yang ada di samping Cut Gambang lalu menampar anaknya dengan nasehat " sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid".

Dua Suaminya mati Syahid tidak menjadikan Cut Nyak Dhien menyerah, beliau malah semakin melakukan perlawanan terhadap Belanda. Belanda yang merasa pengaruh Cut Nyak Dhien yang sangat kuat berusaha mencari cara menyingkirkan perempuan kuat Aceh ini. 

Karena umur semakin tua dan beliau terus melakukan perang gerilya di dalam hutan maka beliau terkena penyakit encok dan rabun. Pang laut yang merasa kasian melihat Cut Nyak Dhien menderita, memberi informasi ke Belanda keberadaan Cut Nyak Dhien. Akhirnya Cut Nyak Dhien di tangkap dan di asingkan serta di obati Kutaraja (Banda Aceh Sekarang).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline