Tidak salah seorang pimpinan seperti Walikota Pekanbaru dua priode, Firdaus yang kini bakal mencalonkan diri sebagai bakal calon gubernur Riau. Ada beberapa hal yang patut dicermati sebagai seorang pemimpin, yaitu menerima masukan dan kritikan agar semua program yang dicanangkan berhasil untuk pembangunan daerah.
Firdaus, yang konon dibesar-besarkan melalui sejumlah balehonya, sebagai seorang visioner, tidak lain untuk membentuk pemimpin yang seolah-olah tidak ada lawanya. Dibalik semua itu, tentunya masih ada sejumlah catatan kecil yang perlu dilihat dan tentunya membuka mata hati semua, terutama masyarakat kota Pekanbaru Riau.
Seperti dikutip di sejumlah media di Riau, Walikota Pekanbaru Firdaus mencoba membuat perubahan, seperti mengubah Pekanbaru dengan julukan Kota Bertuah menjadi Pekanbaru Kota Madani. Kota Madani yang menurutnya cukup sesuai, namun dengan makna kata Madani sangat bertolak belakangan.
Bagi masyarakat kota ini, pengertian madani tidak lain adalah kota yang bernuansa kemelayuan dan identik dengan agamanya, Islam.
Saat ini tidaklah demikian, seluruh ceruk kota Pekanbaru tidak lagi demikian. Mulai tempat hibutan yang berbau maksiat, dari warung tuak sampai karaoke di ruko-ruko terus menjamur.
Belum lagi wisma dan hotel, yang rata-rata penghuninya saat mulai memasuki akhir pekan tak lain ada para kawula muda, mulai dari tingkat SMA, mahasiswa serta dari luar kota yang sengaja menumpahkan maksiat ke ibukota Provinsi Riau ini.
Dengan nama Pekanbaru Kota Madani, Firdaus getol memperjelas visi dari pembangunan Kota Pekanbaru yang menitikberatkan pengembangan pada sektor kualitas SDM diantaranya melalui bidang keagamaan dan pendidikan. Nah nyata itu semua masih jauh yang diharap, kendati pendidikan di ibukota Provinsi Riau terus berkembang, seiring perkembangan zaman. Akan tetapi, tingkat keagamaan masih sangat jauh yang diharapkan.
Mulai dari kos, homestay, Wisma, hotel melati sampai hotel berbintang sangatlah bebas untuk berbuat maksiat. Semuanya bisa dibuktikan, gampangnya membawa masuk yang bukan mukhrim ke tempat-tempat tersebut.
Gelar Kota Madani untuk Kota Pekanbaru menurut Firdaus menjadi lebih luas, seperti program Smart City, Entrepreneur City atau sebutan lainnya asal mencerminkan kebaikan. Namun mirisnya, tempat-tempat maksiat di kota ini terkesan dibiarkan. Contoh sederhana, lokasi sekitar Main Stadion. Saat ini, sepanjang jalan tersebut ramai dijadikan wisata remang-remang.
Kita bisa melihat saat malam minggu dan malam lainya, ditempat gelap-gelap sepanjang jalan stadion utama ini sangat rawan maksiat. Dipinggir jalan berjajar para pedagang, seperti jagung bakar, pisang bakar, serta makanan ringan lainya. Namun, para penjual menyediakan lokasi santai di lahan kosong sepanjang jalan tersebut. Disini para pedagang menyediakan kursi dan meja alakadarnya di alam terbuka dengan suasana nyaris tanpa penerangan.
Disinilah lokasi pacaran anak muda yang paling murah dan gampang berbuat maksiat. Karena suasana gelap, kadang hanya terdengar suara cekikikan tapi tidak terlihat wujudnya.