Lihat ke Halaman Asli

Menjual Nama Besar UPSI di Seminar Internasional 'Abal-abal'

Diperbarui: 10 November 2017   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Seminar Internasional yang digagas Yayasan Kesenian Riau

Yayasan Kesenian Riau menyelenggarakan Seminar Internasional di Bandar Serai, Sabtu (4/11/2017). Selain terindikasi pembohongan publik, karena merekayasa gelar Guru Besar Keynot Speaker-nya, seminar ini juga banyak kejanggalan. Publik mempertanyakan: ada apa? ADA berita menarik di Second Head Line, Tribun Pekanbaru, edisi 4 November 2017. Berita berjudul: "Gilang Ramadhan Unjuk Kebolehan Bermain Drum"---ini, tidak semata-mata tentang reputasi musikus nasional itu.

Ternyata, terselip nama Prof. Mohd. Hassan dari Universitas Pendidikan Sultan Idris, Malaysia, dalam Pergelaran Riau Student Music Festival 2017 itu. Sang Professor, dari Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) ini, bertindak sebagai Keynot Speakers, Seminar Internasional yang dikemas penyeleggara satu paket dengan acara itu.

Mendengar nama besar, UPSI---yang nota bene---universitas tertua di Semenjanjung Malaysia---tentu mengundang perhatian publik dan pers. Masalahnya, Prof. Hassan, baik dalam brosur promosi acara maupun dalam slide latal belakang (backdrop) tertera jelas, sebagai Guru Besar dari universitas yang didirikan tahun 1922 itu.

"Ini yang membuat saya heran," kata seorang peserta seminar.

"Masalahnya, beberapa bulan silam, saya membaca curiculum vitae-nya beliau, saat mengikuti Kuliah Umum di Program Studi Sendratasik FKIP-UIR. Saat itu, dia hanya sebagai Professor Madya. Bukan Guru Besar," katanya.

Kenyataannya, di seminar ini, Prof. Hassan disebuat sebagai Guru Besar. Berarti beliau sebagai Guru Besar "Penuh", dong? Berarti ini 'kan pembohongan publik?" tanyanya, tanpa habis fikir.

Yang juga membuatnya heran justru: Bagaimana mungkin UPSI yang memiliki reputasi dan kredibilitas boleh memberi izin kepada sseeorang yang nyatanya seorang Professor Madya kemudian mengaku sebagai Guru Besar? Bukankah ini telah mencoreng dunia akademik dan nama besar UPSI? "Saya kira inilah pembohongan publik yang diperankan oleh orang akademik," tuturnya.

Lantas, di luar itu, media ini yang merasa terpanggil oleh gaung Seminar Internasional ini segera mengunjungi acara. Tak pelak, apa yang tertera di brosur promosi berbanding terbalik dengan kenyataan. Forum seminar yang digaung-gaungkan sebagai Forum Internasional ini, benar-benar membuat pandangan miris dan sangat memalukan.

Selain Keynot Speakers yang merekayasa gelar, ada invitee speakers yang diniali sangat tidak layak. Seperti,Marhalim Zaini, dan seorang penggiat seni dari Singapura, yakni: Hanafi bin Idrus. Nah, invitee spakers ini juga haruslah orang yang sudah memiliki reputasi, keahlian dan ketokohan serta dedikasi tinggi di bidangnya.

"Parahnya lagi, Seminar Internasional ini juga tidak ada proceeding, calling paper dan panel yang merupakan suatu keharusan dari sebuah Seminar Internasional. Kriteria Siminar Internasional harus menggunakan para Panelis yang berasal dari tokoh akademisi atau seniman yang memiliki kaliber internasional," kata peserta dari umum.

"Jadi, jangankan Seminar Internasional, Lokal Seminar pun juga tidak tercapai melainkan bersifat ceramah untuk umum saja; yang tidak bernilai akademik dan tidak ada standar seminar internasional," katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline